BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian
Mioma uteri adalah
tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek Llewellyn- Jones, 1994). Mioma
uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www.
Infomedika. htm, 2004).
B.
Etiologi dan Patologi
Etiologi
Sampai saat ini belum
diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping
faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
ü Estrogen.
Mioma uteri dijumpai
setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama
kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat
menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya
yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik
dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium
(9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan
wanita dengan sterilitas. Hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol
(sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen
yang lebih banyak daripada miometrium normal.
ü Progesteron
Progesteron merupakan
antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor
dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan
jumlah reseptor estrogen pada tumor.
ü Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan
menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas
biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil
dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor
yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur :
Mioma uteri jarang
terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita
berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala
klinis antara 35 – 45
tahun.
2. Paritas :
Lebih sering terjadi
pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini
belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya
mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
:
Pada wanita ras
tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi.
Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat
keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium :
Diperkirakan ada
korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri
muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan
mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor
dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang
distimulasi oleh estrogen.
Patologi
Jika tumor dipotong,
akan menonjol diatas miometrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi.
Warnanya abu keputihan, tersusun atas berkas- berkas otot jalin- menjalin dan
melingkar- lingkar didalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut
otot tersusun atas lapisan konsentrik dan serabut otot tersusun atas lapisan
konsentrik serta serabut otot normal yang mengelilingi tumor berorientasi sama.
Antara tumor dan miometrium normal, terdapat lapisan jaringan areolar tipis
yang membentuk pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah kedalam mioma.
Pada pemeriksaan
mikroskopis, kelompok – kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti
panjang dipisahkan menjadi berkas – berkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh
suplai darah mioma berasal dari beberapa pembuluh darah yang masuk ke
pseudokapsul, berarti pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai
darahnya. Ini menyebabkan degenerasi, terutama pada bagian tengah mioma. Mula –
mula terjadi degenerasi hyalin, mungkin menjadi degenerasi kistik, atau
kialsifikasi dapat terjadi kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad ke –19
disebut sebagai “batu rahim”. Pada kehamilan, dapat terjadi komplikasi. dengan
dikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor yang memberikan gambaran seperti
daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi perubahan tumor menjadi sarkoma.
C.
Tanda dan Gejala
Gejala tergantung pada
besar dan posisi mioma. Kebanyakan mioma kecil dan beberapa yang besar tidak
menimbulkan gejala dan hanya terdeteksi pada pemeriksaan rutin. Jika mioma
terletak subendometrium, mungkin disertai minoragia. Jika perdarahan yang hebat
menetap, pasien mungkin mengalami anemia. Ketika uterus berkontraksi, dapat
timbul nyeri kram. Mioma subendometrium yang bertangkai dapat menyebabkan
perdarahan persisten dari uterus.
Dimanapun posisinya
didalam uterus, mioma besar dapat menyebabkan gejala penekanan pada panggul,
disuria dan sering kencing serta konstipasi atau nyeri punggung jika uterus
yang membesar menekan rectum. Mioma servic dapat menyebabkan nyeri panggul dan
kesulitan melakukan hubungan seksual. Mioma fibrosa dapat tidak menunjukan
gejala/ menyebabkan perdarahan vagina abnormal. Gejala lain akibat tekanan pada
organ – organ sekitarnya mencakup nyeri, sakit kepala, konstipasi dan masalah -masalah
perkemihan. Menorrhagi dan metroragi terjadi karena fibroid (dapat merusak
lapisan uterus).
D.
Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan
lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah
vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan
gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan
seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
·
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan
lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu : Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di
subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai
satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah
lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma
intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai
suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas
dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis
ini dikenal sebagai jenis parasitik.
·
Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai
mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah
bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol,
uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan
gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di
daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa
dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar,
padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
·
Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah
endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat
menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi
atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Atropi : setelah
menopause dan rangsangan estrogen menghilang.
- Degenerasi hialin (merupakan
perubahan degeneratif yang paling umum ditemukan):
•
Jaringan ikat bertambah
•
Berwarna putih dan keras Disebut “mioma durum”
- Degenerasi kistik:
•
Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair
•
Menjadi poket kistik
- Degenerasi membatu (calcareous
degeneration) :
•
Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
•
Padat dan keras
•
Berwarna putih
- Red degeneration (carneous
degeneration) :
•
Terjadi paling sering pada masa kehamilan.
•
Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
•
Aliran darah tidak seimbang (edema sekitar
tungkai dan tekanan hamil).
•
Terjadi kekurangan darah menimbulkan nekrosis,
pembentukan trombus, bendungan darah dalam mioma, warna merah
(hemosiderosis/hemofusin).
•
Proses ini biasanya disertai nyeri, tetapi
dapat hilang sendiri. Komplikasi lain yang jarang ditemukan meliputi: kelahiran
preterm, ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal, shock dan bahkan
mencetuskan DIC.
- Degenerasi Mukoid :
Daerah hyaline
digantikan oleh bahan gelatinosa yang lembut. Biasanya terjadi pada tumor yang
besar, dengan aliran arterial yang terganggu.
- Degenerasi Lemak:
Lemak ditemukan di
dalam serat otot polos.
- Degenerasi sarkomatous
(transformasi maligna)
Terjadi pada kurang
dari 1% mioma. Kontroversi yang ada saat ini adalah apakah hal ini mewakili
sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah neoplasma spontan. Leiomyosarkoma
merupakan sebuah tumor ganas yang jarang terdiri dari sel-sel yang mempunyai
diferensiasi otot polos.
E.
Gambaran Klinik
Hampir
separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak
sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Faktor-faktor
yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma
uteri.
2. Lokalisasi mioma
uteri.
3. Perubahan-perubahan
pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 %
– 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada
mioma uteri:
a. Perdarahan abnormal,
merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang
ditemukan berupa: menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat
menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh
karena bertambahnya area permukaaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan
kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya
dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang
membesar :
•
Terasa berat di abdomen bagian bawah.
•
Gejala traktus urinarius: urine frequency,
retensi urine, obstruksi ureter dan hidronefrosis.
•
Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi
intestinal.
•
Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
c. Nyeri, dapat
disebabkan oleh :
•
Penekanan saraf.
•
Torsi bertangkai.
•
Submukosa mioma terlahir
•
Infeksi pada mioma.
d. Infertilitas, akibat
penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu. Perdarahan kontinyu
pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi implantasi. Terdapat
peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien dengan mioma
intramural dan submukosa.
e. Kongesti vena,
disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah, hemorrhoid,
nyeri dan dyspareunia.
f. Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan kehamilan.
Kehamilan dengan
disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi : Kehamilan dapat
mengalami keguguran.
g. Persalinan
prematuritas.
h. Gangguan proses
persalinan.
i.
Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan
infentiritas.
j.
Pada kala III dapat terjadi gangguan pelepasan
plasenta dan perdarahan. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata
setelah kelahiran. Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :
- Cepat bertambah besar, mungkin
karena pengaruh hormon estrogen yang meningkat dalam kehamilan.
- Degenerasi merah dan degenerasi
karnosa : tumor menjadi lebih lunak, berubah bentuk, dan berwarna merah.
Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi perdarahan.
- Mioma subserosum yang
bertangkai oleh desakan uterus yang membesar atau setelah bayi lahir,
terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya, torsi menyebabkan gangguan
sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasakan nyeri yang hebat
pada perut (abdoment akut).
- Kehamilan dapat mengalami
keguguran.
- Persalinan prematuritas.
- Gangguan proses persalinan.
- Tertutupnya saluran indung
telur sehingga menimbulkan infertilitas.
- Pada kala III dapat terjadi
gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
- Mioma yang lokasinya dibelakang
dapat terdesak kedalam kavum douglasi dan terjadi inkarserasi.
Pengaruh mioma pada
kehamilan dan persalinan :
·
Subfertil (agak mandul) sampai fertil (mandul)
dan kadang- kadang hanya punya anak satu. Terutama pada mioma uteri sub
mucosum.
·
Sering terjadi abortus. Akibat adanya distorsi
rongga uterus.
·
Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama
pada mioma yang besar dan letak sub serus.
·
Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir,
terutama pada mioma yang letaknya diservix.
·
Inersia uteri terutama pada kala I dan kala
II.
·
Atonia uteri terutama paska persalinan; perdarahan
banyak, terutama pada mioma yang letaknya didalam dinding rahim.
·
Kelainan letak plasenta.
·
Plasenta sukar lepas (retensio plasenta), terutama
pada mioma yang sub mukus dengan intra mural.
Penanganan berdasarkan
pada kemungkinan adanya keganasan, kemungkinan torsi dan abdomen akut dan
kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik, maka : Tumor ovarium dalam
kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus dikeluarkan.
▪ Waktu yang tepat untuk operasi adalah kehamilan 16 – 20 minggu.
▪ Operasi yang dilakukan pada umur kahamilan dibawah 20 minggu harus diberikan substitusi progesteron :
▪ Waktu yang tepat untuk operasi adalah kehamilan 16 – 20 minggu.
▪ Operasi yang dilakukan pada umur kahamilan dibawah 20 minggu harus diberikan substitusi progesteron :
ü Beberapa hari sebelum
operasi.
ü Beberapa hari setelah
operasi, sebab ditakutkan korpus luteum terangkat bersama tumor yang dapat
menyebabkan abortus.
·
Operasi darurat apabila terjadi torsi dan
aboment akut.
·
Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah
akan menghalangi persalinan, penanganan yang dilakukan :
ü Coba reposisi, kalau
perlu dalam narkosa.
ü Bila tidak bisa
persalinan diselesaikan dengan sectio cesarea dan jangan lupa, tumor sekaligus
diangkat.
F.
Komplikasi
1) Perdarahan sampai
terjadi anemia.
2) Torsi tangkai mioma
dari :
a) Mioma uteri
subserosa.
b) Mioma uteri
submukosa.
3) Nekrosis dan
infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4) Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
4) Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
▪ Pengaruh mioma
terhadap kehamilan.
Ø Infertilitas.
Ø Abortus.
Ø Persalinan
prematuritas dan kelainan letak.
Ø Inersia uteri.
Ø Gangguan jalan
persalinan.
Ø Perdarahan post
partum.
Ø Retensi plasenta
▪ Pengaruh kehamilan
terhadap mioma uteri
Ø Mioma cepat membesar
karena rangsangan estrogen.
Ø Kemungkinan torsi
mioma uteri bertangkai.
G.
Diagnosis
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesis
a. Timbul benjolan di
perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
b. Kadang-kadang
disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air besar.
c. Nyeri perut bila
terinfeksi, terpuntir, pecah.
2. Pemeriksaan fisik
a. Palpasi abdomen
didapatkan tumor di abdomen bagian bawah.
b. Pemeriksaan
ginekologik dengan pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut menyatu
dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
c. Konsistensi padat,
kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata.
3. Gejala klinis
a. Adanya rasa penuh pada
perut bagian bawah dan tanda massa yang padat kenyal.
b. Adanya perdarahan
abnormal.
c. Nyeri, terutama saat
menstruasi.
- Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor
pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas.
- Pemeriksaan dalam.
Teraba tumor yang
berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas atau bebas dan ini
biasanya ditemukan secara kebetulan.
Pemeriksaan
penunjang
a) USG, untuk menentukan
jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan keadaan adnexa dalam
rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi
kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya
dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
b) Dalam sebagian besar
kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada beberapa bidang tidak
hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus
membesar dan berbentuk tak teratur.
c) Foto BNO/IVP
pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
d) Histerografi dan
histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
e) Laparaskopi untuk
mengevaluasi massa pada pelvis.
f) Laboratorium : darah
lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin darah.
g) Tes kehamilan.
H.
Diagnosis banding
1. Tumor solid
ovarium.
2. Uterus gravid.
3. Kelainan bawaan
rahim.
4. Endometriosis,
adenomiosis.
5. Perdarahan uterus
disfungsional
I.
Penanganan
Penanganan yang dapat
dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara konservatif dan penanganan
secara operatif.
1. Penanganan konservatif
sebagai berikut :
§ Observasi dengan
pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
§ Bila anemia, Hb
2. Penanganan secara
operatif
Indikasi mioma uteri yang
diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai. Pada mioma uteri yang masih
kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa menopause tidak diperlukan
pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan
atau enam bulan. Adapun cara penanganan pada myoma uteri yang perlu diangkat
adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan
umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi total
tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral
Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO). TAH–BSO adalah suatu tindakan pembedahan
untuk mengangkat uterus, serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan
melakukan insisi pada dinding, perut pada malignan neoplasmatic desease,
leymyoma dan chronic endrometriosis (Tucker, Susan Martin, 1998).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PEREMPUAN
DENGAN MASALAH GINEKOLOGI: MIOMA UTERI
A.
Pengkajian
1. Usia :
- Mioma biasanya terjadi pada
usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35 tahun keatas.
- Makin tua usia maka toleransi
terhadap nyeri akan berkurang.
- Orang dewasa mempunyai dan
mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri terutama terhadap
perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah
rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada
rasa nyeri tersebut adalah :
ü Lokasi nyeri :
ü Intensitas nyeri
ü Waktu dan durasi
ü Kwalitas nyeri.
3.
Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada
masa menopause
b. Hamil dan Persalinan
ü Kehamilan mempengaruhi pertubuhan
mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
ü Jumlah kehamilan dan anak yang hidup
mempengaruhi psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
4.
Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh
terhadap emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang
terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi
menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias
dirasakan sebagai hilangnya perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu
ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi
atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi
sangat perlu persiapan psikologi klien.
5.
Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut
dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh
kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan
gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
6.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan
sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah.
Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi
dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
7.
Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan
ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing
setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah output urine yang sedikit
akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8.
Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam
setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan
gas dalam usus.
II. Pengkajian sekunder
- Pemeriksaan USG: Untuk melihat
lokasi, besarnya mioma, diagnosis banding dengan kehamilan.
- Laparaskopi: Untuk melihat
lokasi, besarnya mioma uteri
B.
Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
No.
|
Analisa Data
|
Diagnosa Keperawatan
|
1.
|
DS:
ü Ibu
mengatakan bahwa perutnya terasa sakit.
ü Ibu
mengatakan bahwa dari angka 1 sampai 10, nyeri yang ibu rasakan berada pada
angka 7
DO:
ü Wajah
ibu meringis
ü RR
> 20 x per menit
|
Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma akibat nekrosis dan peradangan
|
2.
|
DS:
ü
Ibu mengeluh cemas akan penyakit yang
dideritanya
ü
Ibu bertanya-tanya kapan bisa sembuh.
ü
Ibu menanyakan banyak hal tentang
penyakitnya.
DO:
ü Wajah
ibu terlihat khawatir
ü RR>
20x per menit
|
Ansietas berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
|
3.
|
DS:
ü Ibu
mengatakan bahwa ada ada yang keluar dari vaginanya tidak dalam masa haid.
ü Ibu
mengeluh lelah dan lemah.
DO:
ü Adanya
perdarahan per vaginam
ü Ibu
pucat dan lemah.
|
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
tubuh b.d. perdarahan pervaginam berlebihan.
|
C.
Intervensi
dan Implementasi
NANDA, NOC, dan NIC terlampir
D.
Evaluasi
Setelah
implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan, maka
dilakukan evaluasi untuk melihat respon pasien apakah criteria hasil yang
ditetapkan sudah tercapai atau belum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar