A.
Pengertian
Urtikaria merupakan penyakit
kulit yang sering dijumpai. Urtikaria ialah reaksi di kulit akibat
bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak) setempat yang
cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan,
meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat atau
tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau
kaligata.
Urtikaria atau biduran adalah penyakit alergi yang
sangat mengganggu dan membuat penderita atau dokter kadang frustasi.
B.
Etiologi
Pada penyelidikan ternyata
hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam,
diantaranya:
1.
Obat. Contohnya
adalah antibiotik golongan penisilin, aspirin, obat-obatab hormonal, vaksinasi,
pil kontrasepsi, dll.
2.
Makanan. Contohnya
adalah susu, keju, telur, gandum, ikan, ayam, dll. Zat pewarna, penyedap rasa
atau bahan pengawet juga dapat menimbulkan urtikaria.
3.
Lingkungan.
Terpapar dengan debu rumah, jamur, perubahan temperatur, serbuk sari bunga,
dll.
4.
Stress. Pada urtikaria yang berulang, faktor
emosional perlu diperhatikan. Stress emosional dapat secara langsung dan tidak
langsung menyebabkan seseorang meningkat kemungkinan terjadi urtikaria.
5.
Penyakit sistemik.
Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit
sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, Lupus
Eritematosus Sistemik, dll.
6.
Gigitan serangga.
Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat. Nyamuk, lebah dan
serangga lainnya menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat gigitan,
biasanya sembuh sendiri
C.
Tanda dan Gejala
1.
Klinis tampak bentol (plaques edemateus) multipel yang berbatas tegas,
berwarna merah dan gatal. Bentol dapat pula berwarna putih di tengah yang
dikelilingi warna merah. Warna merah bila ditekan akan memutih. Ukuran tiap
lesi bervariasi dari diameter beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter,
berbentuk sirkular atau serpiginosa (merambat).
2.
Tiap lesi akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam, tetapi dapat timbul
lesi baru.
3.
Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear, pada urtikaria solar
lesi terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan panas
lesi akan terlihat pada daerah yang terkena dingin atau panas. Lesi urtikaria
kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3 milimeter dikelilingi daerah
warna merah dan terdapat di daerah yang berkeringat. Secara klinis urtikaria
kadang-kadang disertai angioedema yaitu pembengkakan difus yang tidak gatal dan
tidak pitting dengan predileksi di muka, daerah periorbita dan perioral,
kadang-kadang di genitalia. Kadang-kadang pembengkakan dapat juga terjadi di
faring atau laring sehingga dapat mengancam jiwa.
D.
Faktor Resiko
Faktor Resiko Yang memperberat Urtikaria :
1.
Infeksi (panas,
batuk, pilek)
2.
Aktifitas Meningkat
(menangis, berlari, tertawa keras)
3.
Udara Dingin
4.
Udara Panas
5.
Stres
6.
Gangguan Hormonal:
(kehamilan, menstruasi)
E.
Patofisiologi
Pada gangguan urtikaria menunjukkan adanya dilatasi
pembuluh darah dermal di bawah kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit
infiltrasi sel perivaskular, di antaranya yang paling dominan adalah eosinofil.
Kelainan ini disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama histamin, akibat
degranulasi sel mast kutan atau subkutan, dan juga leukotrien dapat berperan.
Histamin akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di
bawah kulit sehingga kulit berwarna merah (eritema). Histamin juga menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan dan sel, terutama
eosinofil, keluar dari pembuluh darah dan mengakibatkan pembengkakan kulit
lokal. Cairan serta sel yang keluar akan merangsang ujung saraf perifer kulit sehingga
timbul rasa gatal. Terjadilah bentol merah yang gatal.
Bila pembuluh darah yang terangsang adalah pembuluh
darah jaringan subkutan, biasanya jaringan subkutan longgar, maka edema yang
terjadi tidak berbatas tegas dan tidak gatal karena jaringan subkutan
mengandung sedikit ujung saraf perifer, dinamakan angioedema. Daerah yang
terkena biasanya muka (periorbita dan perioral). Urtikaria disebabkan karena adanya degranulasi sel mast yang dapat
terjadi melalui mekanisme imun atau nonimun.
Degranulasi sel mast dikatakan melalui mekanisme
imun bila terdapat antigen (alergen) dengan pembentukan antibodi atau sel yang
tersensitisasi. Degranulasi sel mast melalui mekanisme imun dapat melalui
reaksi hipersensitivitas tipe I atau melalui aktivasi komplemen jalur klasik.
Faktor infeksi pada tubuh diantaranya infeksi viru
(demam, batuk dan pilek) merupakan faktor pemicu pada urtikaria yang paling
sering terjadi namun sering diabaikan
Beberapa macam obat, makanan, atau zat kimia dapat
langsung menginduksi degranulasi sel mast. Zat ini dinamakan liberator
histamin, contohnya kodein, morfin, polimiksin, zat kimia, tiamin, buah murbei,
tomat, dan lain-lain. Masih belum jelas mengapa zat tersebut hanya merangsang
degranulasi sel mast pada sebagian orang saja, tidak pada semua orang.
Faktor fisik seperti cahaya (urtikaria solar),
dingin (urtikaria dingin), gesekan atau tekanan (dermografisme), panas
(urtikaria panas), dan getaran (vibrasi) dapat langsung menginduksi degranulasi
sel mast.
Latihan jasmani (exercise) pada seseorang dapat pula
menimbulkan urtikaria yang dinamakan juga urtikaria kolinergik. Bentuknya khas,
kecil-kecil dengan diameter 1-3 mm dan sekitarnya berwarna merah, terdapat di
tempat yang berkeringat. Diperkirakan yang memegang peranan adalah asetilkolin
yang terbentuk, yang bersifat langsung dapat menginduksi degranulasi sel mast.
Faktor psikis atau stres pada seseorang dapat juga
menimbulkan urtikaria. Bagaimana mekanismenya belum jelas.
F.
Pemeriksaan penunjang
Beberapa
pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab urtikaria
1.
Pemeriksaan darah,
air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi
atau kelainan pada alat dalam
2.
Pemeriksaan
imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan komplemen.
3.
Test kulit, walaupun
terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu diagnosis. Uji gores dan
uji tusuk dapat dipergunakan untuk mencari alergen.
4.
Tes eliminasi
makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa
waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
G.
Pengobatan
Pengobatan yang paling ideal
tentu saja mengobati penyebab atau bila mungkin menghindari penyebab yang
dicurigai. Bila tidak mungkin paling tidak mencoba mengurangi penyebab
tersebut, sedikit-dikitnya tidak menggunakan dan tidak berkontak dengan
penyebabnya.
Gejala dapat diobati dengan
efektif. Beberapa obat yang dapat dipergunakan antara lain adalah antihistamin
oral (lewat mulu). Obat ini dapat mengontrol gejala bagi sebagian besar orang,
namun tidak menghilangkan penyebabnya. Beberapa obat ini dapat dibeli langsung
di apotik dan beberapa perlu resep untuk membelinya. Kombinasi dari beberapa
antihistamin dapat menghasilkan hasil yang lebih baik. Contoh antihistamin yang
tidak menyebabkan kantuk antara lain Loratadine, Cetirizine. Antihistamin yang
dapat menyebabkan kantuk antara lain CTM, difenhidramin.
Jika antihistamin saja tidak
mengurani gejala, pengobatan lain yang dapat dipergunakan adalah dengan
kortikosteroid oral (lewat mulu) seperti prednison dapat mengurangi bengkak,
kemerahan dan gatal, namun hanya diminum dalam jangka waktu sebentar saja untuk
urtikaria yang berat dan angioedema karena prednison mempunyai efek samping
yang cukup serius. Selain itu dapat dipakai adrenalin injeksi (suntik) untuk
urtikaria yang berat dan angioedema yang berat.
Pengobatan yang palin utama adalah ditujukan pada
penghindaran faktor penyebab dan pengobatan simtomatik.
Pada urtikaria akut generalisata dan disertai gejala
distres pernafasan, asma atau edema laring, mula-mula diberi larutan adrenalin
1% dengan dosis 0,01 ml/kgBB subkutan (maksimum 0,3 ml), dilanjutkan dengan
pemberian antihistamin penghambat H1 (lihat bab tentang medikamentosa). Bila
belum memadai dapat ditambahkan kortikosteroid.
Pada urtikaria akut lokalisata cukup dengan
antihistamin penghambat H1.
Urtikaria kronik biasanya lebih sukar diatasi.
Idealnya adalah tetap identifikasi dan menghilangkan faktor penyebab, namun hal
ini juga sulit dilakukan. Untuk ini selain antihistamin penghambat H1 dapat
dicoba menambahkan antihistamin penghambat H2. Kombinasi lain yang dapat
diberikan adalah antihistamin penghambat H1 non sedasi dan sedasi (pada malam
hari) atau antihistamin penghambat H1 dengan antidepresan trisiklik. Pada kasus
berat dapat diberikan antihistamin penghambat H1 dengan kortikosteroid jangka
pendek.
H.
Pencegahan
1.
Hindari alergen
yang diketahui. Termasuk beberapa makanan dan penyedap makanan, obat-obatan dan
beberapa situasi seperti panas, dingin atau stress emosional
2.
Membuat catatan.
Mencatat kapan dan dimana urtikaria terjadi dan apa yang kita makan. Hal ini
akan membantu anda dan dokter untuk mencari penyebab urtikaria.
3.
Hindari pengobatan
yang dapat mencetuskan urtiakria seperti antibiotik golongan penisilin, aspirin
dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/28/urtikaria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar