RESPON IMUN TERHADAP DEFISIENSI
GIZI DAN RESPON IMUN TERHADAP PENGOBATANNYA
A.
Pengertian
Defisiensi Gizi
Secara
umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi
energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan
protein.
energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan
protein.
Defisiensi
gizi terjadi jika zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi
mengalami defisiensi atau kekurangan, bila ini terjadi secara bertahap sel,
intrasel, jaringan, dan organ tubuh akan mengalami kematian. Jika
sebaliknya, terjadi kelebihan gizi, zat-zat gizi makanan yang dikonsumsi
mengalami kelebihan maka secara bertahap pula akan mengalami proses toksisitas
(over) dan selanjutnya secara bertahap sel, intrasel, jaringan, dan organ tubuh
akan mengalami kematian (lihat gambar diatas). Ketidak seimbangan antara intake
dan kebutuhan tubuh yaitu ketidak seimbangan zat-zat gizi yang
terdapat dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air
dan serat yang diperlukan seseorang sehari yang dapat menimbulkan gejala kekurangan/kelebihan
akan zat makanan tersebut. Ketidak kesimbangan ini selalu berada dalam
suatu lingkungan tertentu, artinya lingkungan juga dapat mempengaruhi ketidak
seimbangan antara intake dan kebutuhan gizi tubuh. Misalnya
lingkungan dimana terjadi gagal panen padi, disini tentunya ketersediaan pangan
akan berkurang sampai ketingkat konsumsi dan akhirnya akan terjadi
kekurangan gizi.
B.
Penyebab
Defisiensi Gizi
Riwayat
alamiah terjadinya masalah gizi (defisiensi gizi), dimulai dari tahap
prepatogenesis yaitu proses interaksi antara penjamu (host=manusia), dengan
penyebab (agent=zat-zat gizi) serta lingkungan (environment). Pada tahap ini
terjadi keseimbangan antara ketiga komponen yaitu tubuh manusia, zat gizi dan
lingkungan dimana manusia dan zat-zat gizi makanan berada (konsep : John
Gordon).
Ada
4 kemungkinan terjadinya penyakit defisiensi gizi.
1. Pertama :
makanan yang dikonsumsi kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
2. Kedua:
Peningkatan kepekaan host terhadap kebutuhan gizi mis : kebutuhan yang
meningkat karena sakit.
3. Ketiga:
Pergeseran lingkungan yang memungkinkan kekurangan pangan, misalnya misalnya
gagal panen.
4. Keempat: Perubahan
lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host mis : kepadatan penduduk
di daerah kumuh
Catatan : HOST
(pejamu) : Manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat
proses alamiah perkembangan penyakit defisiensi gizi. AGENT (penyebab): Zat-zat
gizi yang terdapat dalam makanan yang dapat menyebabkan suatu penyakit
defisiensi gizi. ENVIRONMENT (lingkungan): Semua faktor luar dari
individu (manusia)
C.
Akibat Defisiensi Gizi Pada Proses
Tubuh
Akibat
kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan yang kurang dalam kuantitas dan kualitas)
menyebabkkan gangguan pada proses:
1. Pertumbuhan:
anak2 tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat
pembakar, jika kekurangan, maka otot2 menjadi lembek dan rambut mudah rontok.
2. Produksi
tenaga berkurang, sehingga tubuh menjadi lemah, malas, dan produktivitas kerja
menurun.
3. Daya
tahan tubuh terhadap tekanan atau stress menurun. System imunitas dan antibody
berkurang, sehingga lebih mudah terserang infeksi.
4. Struktur
dan fungsi otak: kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimalnya
pada usia 2 tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak
secara permanen.
5. Anak
anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang,
mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.
D. Respon
Imun Terhadap Defisiensi Gizi
Defisiensi
gizi menyebabkan Daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stress menurun. System
imunitas dan antibody berkurang, sehingga lebih mudah terserang infeksi.
Sering infeksi Selenium
merupakan antioksidan yang sanggup mencegah virus-virus berbahaya dan sel
penyebab kanker. Jika tubuh kekurangan mineral ini maka sistem imun menurun
efektivitasnya sehingga lebih mudah sakit dan beresiko besar menderita kanker.
Sumber
selenium adalah jamur, bawang putih, kubis, wortel, lobak, brokoli, hati,
kerang, ikan tuna, salmon, dan daging unggas.
Sudah
lama diketahui bahwa orang yang kekurangan gizi lebih berisiko terhadap
penyakit infeksi karena tanggapan kekebalannya tidak cukup. Infeksi kemudian
mengarah pada peradangan dan keadaan gizi yang memburuk, yang memperburuk
sistem kekebalan. Ini yang disebut ‘lingkaran setan.' Dampak dari penyakit
infeksi tertentu, termasuk HIV dan tuberkulosis (TB), dapat menjadi lebih buruk
apabila orang yang terinfeksi kekurangan gizi. Kekurangan gizi protein-kalori
mempunyai dampak negatif yang bermakna terhadap berbagai komponen sistem
kekebalan. Penelitian menunjukkan penurunan fungsi organ sistem kekebalan
(timus, limpa, kelenjar getah bening) pada orang yang kekurangan gizi. Cabang
sistem kekebalan yang membuat antibodi melemah pada kasus malanutrisi, terutama
dengan menurunnya jumlah sel-B yang beredar dan tanggapan antibodi. Terkait
dengan cabang sistem kekebalan lain, orang yang kekurangan gizi menunjukkan
penurunan jumlah sel CD4 dan CD8, dan sel ini kurang mampu untuk menggandakan
diri atau menanggapi organisme yang menular seperti virus yang hidup dalam diri
mereka. Mekanisme lain yang membunuh organisme infeksi juga ditekan pada
malanutrisi. Fungsi sitokin, zat kimia yang berperan sebagai pembawa pesan sel,
berubah pada orang yang kekurangan gizi.Mengganti kalori dan protein adalah
intervensi yang sulit namun penting bagi orang yang hidup dengan HIV/AIDS untuk
ditingkatkan seefektif seperti tanggapan kekebalan untuk melawan infeksi
oportunistik.
E.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar