A.
Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah gangguan klinis dimana
PH kurang dari 7,35 dan tekanan parsial
karbondioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 42 mmHg.Kondisi ini terjadi
akibat tidak adekuatnya ekskresi CO2 dengan tidak adekuatnya ventilasi sehingga mengakibatkan
kenaikan kadar CO2 plasma.
Asidosis
Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau
pernafasan yang lambat.Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah.Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida,
pH darah akan turun dan darah menjadi asam.Tingginya kadar karbondioksida dalam
darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi
lebih cepat dan lebih dalam.
Asidosis
respiratorik adalah suatu kedaan medis dimana penurunan respirasi (hypoventilation)
menyebabkan peningkatan darah karbondioksida dan penurunan pH (suatu kondisi
yang umumnya di sebut asidosis). Gangguan asam basa ini di cirikan dengan
penurunan ventilasi alveolar dan di manifestasikan dengan hiperkapnia (tekanan
karbondioksida parsial [PaCO2] lebih dari 45 mm Hg).Keasaman darah yang
berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari
fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Tingginya
kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan dalam.
B.
Klasifikasi
1. Asidosis
Respiratori Akut.
Terjadi
jika komponen ginjal belum berjalan dan HCO3- masih dalam keadaan normal. Seperti pada edema pulmonal
akut, aspirasi benda asing, atelektasis,
pneumutorak, syndrome tidur apnea, pemberian oksigen pada pasien hiperkapnea kronis (kelebihan CO2
dalam darah), ARSP.
Dalam asidosis pernafasan akut, PaCO2
yang di tinggikan di atas batas rentang referensi (lebih dari 6,3 kPa atau 47
mm Hg) dengan acidemia atas(pH<7,35).Asidosis pernafasan akut tejadi ketika
kegagalan ventilasi tiba-tiba kegagalan ini dapat disebabkan oleh depresi dari
pusat pernafasan oleh penyakit otak atau obat, kemampuan untuk ventilasi
memadai karena penyakit neuromuskuler (misalnya: gravis gravis, amyotrophic
lateral sclerosis, sindrom guillain barre, distrofi otot), atau obstruksi jalan
nafas terkait dengan asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
2. Asidosis
Respiratorik Kronis.
Jika
kompensasi ginjal telah berjalan dan HCO3- telah meningkat. Terjadi pada penyakit pulmunari seperti emfisema
kronis dan bronchitis, apnea tidur
obstruktif.
Dalam asidosis pernafasan kronis,
PaCO2 yang di tinggikan di atas batas kisaran referensi, dengan pH darah normal
(7,35-7,45) atau normal pH dekat sekunder untuk kompensasi ginjal dan serum
bikarbonat (HCO3ֿ >30 mm
Hg).Asidosis respiratorik kronik di sebabkan karena penyakit paru jangka
panjang terutama penyakit paru-paru yang menyebabkan kelainan dalam pertukaran
gas alveolar biasanya tidak menyebabkan hypoventilation tetapi cenderung
menyebabkan stimulasi ventilasi dan hypocapnia sekunder untuk hypoksia.
Hypercapnia terjadi hanya terjadi jika penyakit berat atau kelelahan otot
pernafasan terjadi.
C.
Etiologi
1. Hambatan
Pada Pusat Pernafasan Di Medula Oblongata.
a. Obat-obatan
: kelebihan dosis opiate, sedative, anestetik (akut).
b. Terapi
oksigen pada hiperkapnea kronik.
c. Henti
jantung (akut).
d. Apnea
saat tidur.
2. Gangguan
Otot-Otot Pernafasan Dan Dinding Dada.
a. Penyakit
neuromuscular : Miastenia gravis, poliomyelitis, sclerosis lateral amiotropik.
b. Deformitas
rongga dada : Kifoskoliosis.
c. Obesitas
yang berlebihan.
d. Cedera
dinding dada seperti patah tulag-tulang iga.
3. Gangguan
Pertukaran Gas.
a. PPOM
(emfisema dan bronchitis).
b. Tahap
akhir penyakit paru intrinsic yang difus.
c. Pneumonia
atau asma yang berat.
d. Edema
paru akut.
e. Pneumotorak.
4. Obstruksi
Saluran Nafas Atas Yang Akut.
a. Aspirasi
benda asing atau muntah.
b. Laringospasme
atau edema laring, bronkopasme berat.
5. Hipofentilasi
Dihubungkan Dengan Penurunan Fungsi Pusat Pernafasan Seperti Trauma Kepala,
Sedasi Berlebihan, Anesthesia Umum, Alkalosis Metabolic.
D.
Patofisiologi
Asidosis Respiratorik
E.
Manifestasi
Klinis
Tanda-Tanda
Klinis Berubah-Ubah Pada Asidosis Respiratorik Akut Dan Kronis Yaitu:
1. Hiperkapnea
mendadak (kenaikan PaCO2) dapat menyebabkan
peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, kusust piker, dan perasaan penat pada
kepala.
2. Peningkatan akut pada
PaCO2 hingga mencapai 60 mmHg
atau lebih mengakibatkan :
somnolen, kekacauan mental, stupor, dan akhirnya koma, juga menyebabkan sindrom
metabolic otak, yang dapat timbul asteriksis
(flapping tremor) dan mioklonus (kedutan otot).
3. Retensi O2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
otak, maka kongesti pembuluh darah otak
yang terkena menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial dan dapat
bermanifestasi sebagai papilladema
(pembengkakan dikus optikus yang terlihat pada pemeriksaan dengan optalmoskop).
4. Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat konsentrasi
hydrogen memperburuk mekanisme
kompensatori dan berpindah kedalam sel,
sehingga menyebabkan kalsium keluar dari sel. F. PEMERIKSAAN
F.
Diagnostic
1. Analisa
gas darah memperlihatkan PaCO2 meningkat, lebih besar dari 45 mmHg (karena peningkatan CO2 adalah peyebab
masalah).
2. Untuk
asidosis yang berlangsung lebih dari 24 jam, maka kadar bikordinat plasma akan meningkat, lebih dari 26 mEa/e, yang mencerminkan kenyataan bahwa ginjal sedang mengekresikan
lebih banya H+ dan menyerap lebih banyak
baja.
3. Apabila
kompensasi ginjal berhasil, maka PH plasma akan rendah, tetapi berada pada rentang normal. Apabila
kompensasi tidak berhasil maka PH
memperlihatkan konsentrasi H+ yang tinggi (< 7,35).
4. PH
urine akan menjadi asam (menurun 6,0).
5. PO2
sama dengan normal atau mengalami penurunan.
6. Saturasi
O2 sama dengan menurun.
7. Kalium
serum sama dengan normal atau meningkat.
8. Kalsium
serum sama dengan meningkat.
9. Klorida
sama dengan menurun.
10. Asam
laktat sama dengan meningkat.
11. Roentgen
dada untuk menentukan segala penyakit pernafasan.
12. Pemeriksaan
EKG : untuk mengidentifikasi segala keterlibatan jantung sebagai akibat PPOK.
G.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Diarahkan Untuk Memperbaiki Ventilasi Efektif Secepatnya Dengan :
a. Pengubahan
posisi dengan kepala tempat tidur keatas atau posisi pasien dalam posisi semi fowler (memfasilitasi ekspansi dinding dada).
b. Latih
untuk nafas dalam dengan ekspirasi memanjang (meningkatkan ekshalosi CO2).
c. Membantu
dalam ekspektorasi mucus diikuti dengan penghisapan jika diperlukan
(memperbaiki fentilasi perfusi).
2. Pemberian
preparat farmakologi yang digunakan sesuai indikasi.
Contohnya :
bronkodilator membantu menurunkan spasme bronchial, dan antibiotic yang digunakan untuk infeksi
pernafasan
3. Tindakan
hygiene pulmonary dilakukan, ketika diperlukan, untuk membersihkan saluran pernafasan dari mucus
dan drainase purulen.
4. Hidrasi
yang adekuat (2-3e/hari) diindikasikan untuk menjaga membrane mukosa tetap lembab dan karenanya
memfasilitasi pembuangan sekresi.
5. Kadar
O2 yang tinggi (750%) aman diberikan pada pasien selama 1-2 hari bilamana tidak
ada riwayat hiperkapnea kronik.
6. Ventilasi
mekanik, mungkin diperlukan jika terjadi krisis untuk memperbaiki ventilasi pulmonary.
7. Pemantauan
gas darah arteri secara ketat selama perawatan untuk mendeteksi tanda-tanda kenaikan PaCO2 dan
kemunduran ventilasi
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar