A.
Pengertian
imunosupresi
Imunosupresi
adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan reaksi pembentukan zat kebal
tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid. Dengan adanya penurunn
jumlah antibodi dalam tubuh, maka penyakit-penyakit akan lebih leluasa masuk
dan menginfeksi bagian tubuh. Hal tersebut akan menyebabkan adanya gangguan
pertumbuhan dan produksi. Jadi, sangatlah penting untuk mengenali dan mengetahui
imunosupresi.
Imunosupresi
adalah usaha untuk menekan respons imun, jadi berfungsi sebagai kontrol negatif
atau regulasi reaktivitas imunologik. Dalam klinik kegunaannya adalah untuk
mencegah reaksi penolakan pada transplantasi organ tubuh, dan menekan serta
menghambat pembentukan antibodi pada penyakit autoimun. Imunosupresi dapat
dilakukan dengan obat imunosupresan, globulin antilimfosit, radiasi, dan
tindakan operasi.
B.
Mekanisme
imunosupresi
Pada mahkluk tingkat tinggi seperti manusia, terdapat dua
sistem pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan
imunitas spesifik ( adaptive imunity).
1. Imunitas nonspesifik
Merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi
komponen fisik berupa keutuhan kulit dan mukosa; komponen biokimiawi seperti
asam lambung, lisozim, komploment ; dan komponen seluler nonspesifik seperti
netrofil dan makrofag. Netrofil dan makrofag melakukan fagositosis terhadap
benda asing dan memproduksi berbagai mediator untuk menarik sel-sel inflamasi
lain di daerah infeksi. Selanjutnya benda asing akan dihancurkan dengan
mekanisme inflamasi.
2. Imunitas spesifik
Memiliki karakterisasi khusus antara lain kemampuannya
untuk bereaksi secara spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan membedakan
antigen asing dengan antigen sendiri (nonself terhadap self) ; dan kemampuan
untuk bereaksi lebih cepat dan lebih efesien terhadap antigen yang sudah
dikenal sebelumnya. Respon imun spesifik ini terdiri dari dua sistem imun ,
yaitu imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas seluer melibatkan sel
limposit T, sedangkan imunitas humoral melibatkan limposit B dan sel plasma
yang berfungsi memproduksi antibodi.
Aktivitas sistem imun spesifik memerlukan partisipasi
kelompok sel yang disebut sebagai antigen presenting sel. Prinsip umum
penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi yang optimal adalah
sebagai berikut:
1.
Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan
respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup: pengolahan antigen
oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun. Tahap
ini merupakan yang paling sensitif terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya,
begitu terbentuk sel memori, maka efektifitas obat imunosupresan akan jauh
berkurang.
2.
Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda.
Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu antigen berbeda
dengan dosis untuk antigen lain.
3.Penghambatan
respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan sebelum paparan
terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun baru bisa dikenal
setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit di atasi. jika sistem kekebalan
melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, membuat patogen,
termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul
ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya
infeksi. Defisiensi imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti
severe combined immunodeficiency, atau diproduksi oleh farmaseutikal atau
infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS) yang disebabkan oleh
retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang hiperaktif
menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing.
Penyakit autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus
tipe 1 dan lupus erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan
dan penyakit adalah bagian dari penelitian.
Contoh
Imunosupresan : Metotrekstat, Azatioprin, Siklofosfamid intravena,
Cyclophosphamid.
C. Prinsip umum terapi
imunosupresan
Prinsip
umum penggunaan imunosupresan untukmencapai hasil terapi yang optimal adalah
sebagai berikut:
1.
Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan dengan
respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup: pengolahan antigen
oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun. Tahap
ini merupakan yang paling sensitif terhadap obat imunosupresan. Sebaliknya,
begitu terbentuk sel memori, maka efektifitas obat imunosupresan akan jauh
berkurang.
2.
Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang berbeda.
Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu antigen berbeda
dengan dosis untuk antigen lain.
3.
Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan
sebelum paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun
baru bisa dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit di
atasi.
D.
Penatalaksanaan
Imunosupresi
Imunosupresan Imunosupresan yang biasa diberikan adalah
kortikosteroid, azatioprin, dan siklosporin A.
·
Kortikosteroid Mekanisme kortikosteroid sebagai imunosupresan adalah melalui aktivitas
anti peradangan, menghambat metabolisme asam arakidonat, menurunkan populasi
leukosit, menimbulkan limfopenia terutama sel Th, dan dalam dosis tinggi
menekan pengeluaran sitokin dari sel T.
- Azathioprine dan siklosporin A Azatioprin adalah inhibitor
mitosis, bekerja pada fase S, menghambat sintesis asam inosinat, prekursor
purin, asam adenilat dan guanilat. Baik sel T maupun sel B akan terhambat
proliferasinya oleh azatioprin. Azatioprin menghambat sintesis purin sel
dan mengakibatkan hambatan penggandaan sel. Azatioprin berperan menekan
fungsi sistem imun selular yaitu menurunkan jumlah monosit dan fungsi sel
K. Pada dosis 1-5 mg/kgBB tidak berpengaruh pada sistem imun humoral. Dengan
menurunkan fungsi sistem selular ini maka penerimaan transplan dipermudah
dan timbul anergi. Kerugiannya adalah meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi dan kecenderungan timbul keganasan. Siklosporin menghambat
aktifasi sel T dengan menghambat transkripsi gen yang menyandi IL-2 dan
IL-2R. Siklosporin A adalah suatu heksa-dekapeptida berasal dari jamur
yang mempunyai khasiat menghambat proliferasi dan transformasi sel Th,
menghambat sitotoksisitas sel Th, menghambat produksi limfokin sel Th, dan
meningkatkan aktivitas sel Ts. Pada transplantasi organ, obat ini
meningkatkan masa hidup transplan. Kerugiannya adalah meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi dan kejadian penyakit limfoproliferatif.
- Globulin antilimfosit Globulin antilimfosit merupakan antibodi terhadap
limfosit yang mempunyai aktivitas menghambat sel T dan sel B, serta
menimbulkan limfositopenia.
- Radiasi Radiasi sinar X terutama digunakan karena
sifatnya sebagai sitosida pada sel neoplasma tertentu.
- Lactoferrin Lactoferrin adalah kandungan air susu ibu, dapat
menghambat komplemen dan produksi granulosit dan makrofag melalui
pengendalian GM-CSA. Lysozyme, menghambat kemotaksis neutrofil dan
pengeluaran oksigen radikal.
- 1,25-dihydroxy-vitamin D3 Zat ini adalah suatu analog vitamin D yang
bersifat sinergis dengan deksametason dalam menghambat Th-1 dalam produksi
IFN-g. Hidrolisat kasein dengan Lactobacillus menghambat
proliferasi limfosit in vitro.
- Linomide Pada percobaan binatang menghambat ekspresi gen sitokin
Th-1 yaitu IFN-g, IL-2 dan TNF-b.
- Rekombinan CD58 (rCD58) Rekombinan CD58 menghambat aktivasi dan adhesi
sel T, serta menghambat sitotoksisitas sel NK.
E.
Indikasi
Imunosupresan digunakan
untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ, penyakit autoimun, dan
pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.
1.
Transplantasi organ
Penggunaannya.Immunosupresan banyak
digunakan untuk mencegah reaksi penolakan pada transplantasi organ, karena
tubuh membentuk antibodies terhadap sel-sel asing yang diterimanya. Guna
mencegah penolakan transplantat selalu diberikan :
-
Kortikisteroida
-
Azatriopin,
siklofosfanida, atau mycofenolat
-
Siklosporin-A dan
tacrolimus
-
Limfositimunoglobulin
(Limfoglobulin)
2.
Penyakit autoimun
Guna menekan aktivitas penyakit auto
imun sering digunakan zat-zat imunosupresif. Misalnya, pada rematik dan
penyakit radang usus (colitis ulcerosa, M. Crohn) diberikan sulfasalazin dan
sitostatika (MTX, azatioprin).
3.
Pencegahan hemolisis
rhesus pada neonates
F.
Penggunaan Imunosupresi
·
Terapi Imunosupresi Pada Penderita Anemia Aplastik
Terapi imunosupresi (IST) merupakan terapi alternatif
utama pada pasien tanpa kesesuaian HLA. Kombinasi dengan antithymocyte globulin
(ATG) atau anti-lymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin memberikan respon
sekitar 75%. Keberhasilan jangka panjang terapi IST masih belum diketahui
pasti. Meningkatnya risiko menjadi myelodysplastic syndrome (MDS) dan acute
myeloid leukemia (AML) dapat ditemukan pada anak penderita anemia aplastik
dengan terapi IST.
- Terapi Imunosupresi pada Transplanstasi
Ginjal.
Pemeliharaan dengan terapi imunosupresif pada
transplanstasi ginjal biasanya menggunakan tiga jenis obat, setiap obat bekerja
pada tahapan yang berbeda dalam respon imun.
1.
Inhibitor calcineurin, cyclosporine dan tacrolimus, merupakan terapi utama imunosupresif.
Inhibitor calcineurin merupakan agen oral yang paling poten dan telah secara
luas dikembangkan untuk ketahanan singkat terhadap reaksi Graft. Efek samping
dari cyclosporine termasuk hipertensi, hiperkalemi, tremor, hirsutisme,
hipertropi gingival, hiperlipidemi, hiperurikemi, dan kehilangan fungsi renal
secara perlahan dan progresif dengan karakteristik pola histopatologik (juga
terlihat pada resipien transplantasi jantung dan hati). Efek samping tracolimus
umumnya sama dengan cyclosporine, tetapi memiliki resiko lebih tinggi akan
terjadinya hiperglikemi dan resiko lebih rendah terhadap hipertensi.
2.
Prednisone seringkali
digunakan bersama dengan cyclosporine, setidaknya pada bulan-bulan pertama.
Efek samping dari prednisone termasuk hipertensi, intoleransi glukosa, tampilan
Cushingoid, osteoporosis, hiperlipidemi, jerawat, dan depresi dan gangguan
mental lain.
3.
Mycophenolate mofetil telah terbukti lebih efektif dibandingkan dengan azathioprine pada terapi
kombinasi dengan inhibitor calcineurin dan prednisone. Efek samping utama dari
mycophenolate mofetil adalah gastrointestinal (yang paling sering adalah
diare); leukopenia (dan kadang trombositopenia).
4.
Sironimus adalah agen
imunosupresif terbaru yang sering digunakan dengan kombinasi bersama obat-obat
lain, terutama saat inhibitor calcineurin tereduksi atau tereliminasi. Efek
samping termasuk hiperlipidemi dan ulserasi oral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar