A.
Pengertian Mekanisme Imun Terhadap
Jamur
Jamur adalah organisme eukariotik, tidak
mengandung klorofil. Infeksi jamur terberat adalah infeksi sistemik seperti
histoplasmosis, kriptokokosis, dan koksidiomikosis.
Mekanisme imun terhadap jamur adalah mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis
dari luar yaitu jamur. Imunitas spesifik
infeksi jamur adalah CD4+ danCD 8+
Respons
imun terhadap
jamur adalah
kompleks; yang penting antara
lain mekanisme selular clan efek
toksik melalui
neutrofil. Dinding sel
jamur dapat
mengaktifkan komplemen (jalur
alternatif) yang menghasilkan opsonin
dan memudahkan
fagositosis.
B.
Mekanisme Imun Terhadap Jamur
Pada umumnya
infeksi terhadap jamur (fungi) hanya terbatas diluar tubuh, tetapi beberapa
jamur dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya. Misalnya, spora jamur yang
masuk ke dalam paru, akibatnya dapat mengaktifkan respon imun yang berupa
manifestasi saluran nafas ringan, reaksi hipersensitivitas berat sampai
berujung pada kematian.
Mekanisme
hidup jamur sama dengan bakteri, kapsul yang sulit dimakan (Cryptococ), resistensi terhadap
fagositosis (Histoplasma) dan destruksi sel polimorfonuklear/Coccidiosis (Baratawijdjaja, 1996).
Beberapa jamur dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif, namun
efek terhadap kelangsungan hidupnya masih belum diketahui.
Menurut
lokasi infeksinya, jamur pada manusia dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1.
Jamur permukaan yang hidup di kulit
mati, rambut dan kuku yang mengandung keratin.
2.
Jamur subkutan yang hidup sebagai
saprofit.
3.
Jamur saluran nafas yang berasal
dari saprofit tanah dan menimbulkan infeksi paru subklinis/akut.
4.
Jamur yang menimbulkan infeksi
superfisial pada kulit dan membran mukosa.
Jamur patogen telah mengembangkan
mekanisme untuk menghindari dan melemahkan pertahanan host. Karakteristik utama
dalam respon imun adalah interdependensi berbagai senjata sistem kekebalan
tubuh dan interaksi antara pertahanan host (inang) dan mekanisme patogen jamur.
Beberapa mekanisme pertahanan dalam merespon berbagai bentuk jamur, yaitu
komponen darah yang meliputi neutrofil, makrofag dan monosit. Fagosit sudah
berada pada organ target pada saat infeksi sebagai upaya untuk membunuh atau
merusak jamur. Sedangkan neutrofil dan monosit membantu dalam hal memberi
sinyal inflamasi, seperi sitokin, kemokin dan melengkapi komponen. Setelah itu
jamur dibunuh atau dirusak oleh
pelepasan reaktif oksigen intermediet dan peptida antimikroba (Diamond at al, 1980; Mambula et al, 2000).
|
|
||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||
Sel menggunakan mekanisme anti jamur
intraseluler/ekstraseluler tergantung pada spesies yang menginfeksi,
morphotype, dan rute paparan. Pada sel dendritik fungsinya adalah memulai
imunitas bawaan dan adaptif ke berbagai mikroorganisme (Huang et al, 2001). Sel ini menangkap dan
melakukan proses antigen, menyampaikan co-stimulasi limfosit molekul, lalu
bermigrasi ke organ limfoid dan mengeluarkan sitokin untuk memulai respon imun
(Banchereau & Steinman, 1998). Peran sel dendritik ini yaitu menghubungkan
respon bawaan dan adaptif terhadap berbagai patogen jamur termasuk fumigatus
Aspergillus, Cryptococcus neoformans
dan C.albicans. Sinyal yang ditransmisikan oleh sel dendritik dapat bervariasi
tergantung pada jamur yang ditemui atau morfotype dengan perbedaan yang
dihasilkan pada saat menimbulkan respon imun adaptif temporal, produksi sitokin
dan pengembangan akhir tanggapan T-sel tertentu, serta peran modulasi imunitas
sehingga membatasi cedera autoimun.
Kebanyakan jamur sel membran mengandung
ergosterol daripada kolesterol pada bagian dinding selnya. Amfoterisin B
langsung mengikat ergosterol, sedangkan azoles dan terbinafine target
mensintesis ergosterol. Sistem pertahanan kekebalan bawaan, termasuk B-glucan
reseptor (TLRs), telah berevolusi untuk mengenali dan merespon komponen dinding
sel jamur. Sebagai contoh, pada fagositosis permukaan sel adalah TLRs yang
mengidentifikasikan molekul pada pola yang ditemukan pada mikroba (termasuk
jamur). Reseptor ini terdiri dari domain ekstraseluler yang membedakan produk
mikroba dan sebuah domain sitoplasmik yang mengirimkan sinyal intraseluler
protein adaptor. Salah satu adaptor seperti, MyD88 memulai sinyal yang mengarah
ke ekspresi molekul microbicidal dan sitokin. Peran reseptor individu, seperti
TLR2, TLR4, dan TLR9, dalam MyD88 aktivasi bervariasi tergantung pada proses
menginfeksi jamur dan tempat infeksi. Reseptor spesifik diferensial
mengaktifkan fungsi anti jamur yang dapat mengakibatkan perbedaan tangapan dan
kerantanan terhadap infeksi (Shoham et al,
2005).
C.
Efek ditimbulkan oleh inhalasi
spora jamur
Rangsangan IgA pd membran mukosa
Rangsangan IgE à anafilaksis
tipe I pada dinding saluran napas
Rangsangan IgG (Ab presipitin dijumpai)
Reaksi kompleks toksik dgn Ag jamur dalam sirkulasi
Beberapa contoh
jamur yang menginfeksi manusia:
Infeksi
|
Manifestasi Klinik
|
Supersisial
Tricophtyton Rubrum
Candida Albicans
|
Ringworrn
Kaki atlet
Vulvogranitis
Oral Trush
|
Subkutan
porotrixSchenkii
|
Tukak, abses
|
Sistemik
Histoplasma Kapsulatum
Coccidiodies Immitis
Candida Albicans
Criptococcus Neoformans
Aspergillus Fumingatus
|
Infeksi paru
Pneumonitas akut
Penyakit bronkopulmoner
Esofangitis
Meningitis, lesi paru padat
Aspergiloma
Abses serebral
|
Koloni Tricophtyton Rubrum
DAFTAR PUSTAKA
Banchereau,
J. & Steinman, R.M. (1998) Dendritic cells and the control of immunity.
Nature, 392, 245–252.
Diamond,
R.D., Clark, R.A. & Haudenschild, C.C. (1980) Damage toCandida albicans
hyphae and pseudohyphae by the myeloperoxidase system and oxidative products of
neutrophil metabolism in vitro. Journal of Clinical Investigation, 66, 908–917.
Huang, Q.,
Liu, D., Majewski, P., Schulte, L.C., Korn, J.M., Young, R.A., Lander, E.S.
& Hacohen, N., 2001. The plasticity of dendritic cell responses to pathogens
and their components. Science, 294, 870–875.
Mambula,
S.S., Simons, E.R., Hastey, R., Selsted, M.E. & Levitz, S.M., 2000. Human
neutrophil-mediated nonoxidative antifungal activity against Cryptococcus
neoformans. Infection and Immunity, 68,6257–6264.
Shoham, S.
& Stuart, M.L., 2005. The immune response to fungal infections. Blackwell
Publishing Ltd, British Journal of Haematology, 129, 569–582.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar