Selasa, 20 November 2012

SIKAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN NON TERAPEUTIK



A.    Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).
Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997).
Komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan perawat-klien dan kualitas komunikasi mempengaruhi kualitas hubungan serta efektifitas dari asuhan keperawat (Cormier, Cormier dan Weisser, 1984 : 2).
Yaitu proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien

B.     Sikap perawat dalam komunikasi
  1. Sikap Fisik (Egan’ 75 Dikutip oleh Kozier 2000)
  2. Sikap Psiko-Sos (Dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 2007)
a.       Dimensi respon
b.      Dimensi tindakan

Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi, tetapi yang sangat penting adalah sikap ketrampilan dalam berkomunikasi






C.    Sikap Komunikasi Terapeutik
Menurut Egan ada Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik
1.      Sikap Berhadapan.
Maksud dari posisi ini adalah kita sudah siap melakukan sesuatu untuk klien.
2.      Sikap Mempertahankan kontak mata.
Kontak mata berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3.      Sikap Membungkuk ke arah klien.
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.
4.      Sikap Mempertahankan sikap terbuka
tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi, sebuah sikap menerima kehadiran orang lain dalam komunikasi.
5.      Sikap Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien
6.      Jarak berinteraksi, ruang intim sampai 50 cm, ruang pribadi 50 – 120 cm, dan ruang konsultasi sosial 275 – 365 cm. Komunikasi teraupetik pada umumnya terjadi di ruang pribadi, tetapi antara pasien dengan perawat tidak dibatasi meja atau jeruji.
7.      Diam
Dapat berguna uuntukmemfasilitasi pasien dalam mengexspresikan pikiran dan perasaannya. Contohnya pada pasien menarik diri, setelah perawat mengajukan pertanyaan maka perawat diam untuk memberi kesempatan pada pasien memikirkan tentang jawaban pertnyaan.
8.      Volume nada dan suara Mempengaruhi penyampaian pesan.
Pada pasien lansia digunakan volume suara tinggi dengan nada rendah, pada pasien perilaku kekerasan di gunakan volume dan nada suara rendah, tetepi tetap tegas.
Ada sikap lain yang juga membantu dalam komunikasi terapeutik :
1.      Sikap kesejatian
Kesejatian yaitu seorang perawat mempunyai sikap iklas, terbuka dan transparan.
2.      Sikap empati
Yaitu sikap yang dapat menempatkan diri dalam posisi orang lain.
3.      Sikap hormat
Yaitu sikap menghargai dan peduli pada orang lain.
Hormat atau respek yaitu seorang perawat memperlakukan klien tanpa syarat, menghargai,dan menghormati sebagai seorang yang membutuhkan pertolongan.
4.      Sikap konkret
Yaitu sikap dalam menggunakan sesuatu yang nyata seperti menunjukkan hal yang nyata.konkrit yaitu seorang perawat mampu menggunakan bahasa yang jelas
D.    Kategori komunikasi non verbal
Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan ada lima kategori komunikasi non verbal
  1. Isyarat vokal
Yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara non verbal misalnya
a.       Tekanan suara
b.      Kualitas suara
c.       Tertawa
d.      Irama dan kecepatan bicara
  1. Isyarat tindakan
Yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh.
a.       Gerakan tubuh
b.      Ekspresi wajah dan gerakan tubuh
  1. Isyarat obyek
Yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti pakaian, perhiasan dan benda pribadi lainnya.
  1. Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang. Hal ini didasarkan pada norma-norma social budaya yang dimiliki.
  2. Sentuhan
yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis kelamin, usia dan harapan.
Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling tepat dan menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, kareana isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mempersepsikan pesan non verbal akan lebih mampu memahami klien, mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non verbal teramati pada :
1.      Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh : Tersenyum kerika sedang marah.
2.      Penampilan personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi terapeutik. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama, 84 % dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya ( Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 2005 ).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status  social, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan professional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan atau asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk memenuhi citra klien.

3.      Intonasi ( nada suara )
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamankan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.

4.      Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah : terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat klien. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi terapeutik. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, Oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.

5.      Sikap Tubuh dan Langkah
Sikap tubuhdan langkah menggambarkan sikap, emosi, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh factor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.

6.      Sentuhan
Kasih saying, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat – klien, namun harus memperhatikan norma social. Ketika memberikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley dan Edinburg ( 1982 ) dan Wilson dan Kneisl ( 1992 ) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima apakah oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati – hati.






DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafid. (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Ellis,R.,Gates, R, & Kenworthy,N. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta,EGC.
Keliat, B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar