A. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).
Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan
yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan
dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart &
sundeen,1995).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien (Depkes RI, 1997).
Komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan
perawat-klien dan kualitas komunikasi mempengaruhi kualitas hubungan serta
efektifitas dari asuhan keperawat (Cormier, Cormier dan Weisser, 1984 : 2).
Yaitu
proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien
B. Sikap perawat dalam komunikasi
- Sikap Fisik (Egan’
75 Dikutip oleh Kozier 2000)
- Sikap Psiko-Sos (Dikutip
oleh Stuart dan Sundeen, 2007)
a.
Dimensi respon
b.
Dimensi tindakan
Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan
isi, tetapi yang sangat penting adalah sikap ketrampilan dalam berkomunikasi
C. Sikap Komunikasi Terapeutik
Menurut Egan ada Lima sikap
atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi
komunikasi yang terapeutik
1.
Sikap Berhadapan.
Maksud dari posisi ini adalah kita sudah siap melakukan sesuatu untuk
klien.
2.
Sikap Mempertahankan
kontak mata.
Kontak mata berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap
berkomunikasi.
3.
Sikap Membungkuk
ke arah klien.
Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu.
4.
Sikap Mempertahankan
sikap terbuka
tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi,
sebuah sikap menerima kehadiran orang lain dalam komunikasi.
5.
Sikap Tetap rileks
Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
memberi respon kepada klien
6.
Jarak berinteraksi, ruang intim
sampai 50 cm, ruang pribadi 50 – 120 cm, dan ruang konsultasi sosial 275 – 365
cm. Komunikasi teraupetik pada umumnya terjadi di ruang pribadi, tetapi antara
pasien dengan perawat tidak dibatasi meja atau jeruji.
7.
Diam
Dapat
berguna uuntukmemfasilitasi pasien dalam mengexspresikan pikiran dan
perasaannya. Contohnya pada pasien menarik diri, setelah perawat mengajukan
pertanyaan maka perawat diam untuk memberi kesempatan pada pasien memikirkan
tentang jawaban pertnyaan.
8.
Volume nada dan suara Mempengaruhi
penyampaian pesan.
Pada pasien
lansia digunakan volume suara tinggi dengan nada rendah, pada pasien perilaku
kekerasan di gunakan volume dan nada suara rendah, tetepi tetap tegas.
Ada sikap lain yang juga membantu dalam
komunikasi terapeutik :
1.
Sikap
kesejatian
Kesejatian
yaitu seorang perawat mempunyai sikap iklas, terbuka dan transparan.
2.
Sikap
empati
Yaitu
sikap yang dapat menempatkan diri dalam posisi orang lain.
3.
Sikap
hormat
Yaitu
sikap menghargai dan peduli pada orang lain.
Hormat
atau respek yaitu seorang perawat memperlakukan klien tanpa syarat,
menghargai,dan menghormati
sebagai seorang yang membutuhkan pertolongan.
4.
Sikap
konkret
Yaitu
sikap dalam menggunakan sesuatu yang nyata seperti menunjukkan hal yang nyata.konkrit
yaitu seorang perawat mampu menggunakan bahasa yang jelas
D. Kategori komunikasi non
verbal
Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan ada lima kategori komunikasi non
verbal
- Isyarat vokal
Yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas
bicara non verbal misalnya
a.
Tekanan suara
b.
Kualitas suara
c.
Tertawa
d.
Irama dan
kecepatan bicara
- Isyarat tindakan
Yaitu
semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan sikap tubuh.
a.
Gerakan tubuh
b.
Ekspresi wajah dan
gerakan tubuh
- Isyarat obyek
Yaitu
obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti
pakaian, perhiasan dan
benda pribadi lainnya.
- Ruang memberikan isyarat
tentang kedekatan hubungan antara dua orang. Hal ini didasarkan pada
norma-norma social budaya yang dimiliki.
- Sentuhan
yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi
non verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat
dipengaruhi oleh tatanan dan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis
kelamin, usia dan harapan.
Komunikasi non verbal adalah pemindahan
pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling tepat dan
menyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari
pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan, kareana isyarat non verbal menambah arti
terhadap pesan verbal. Perawat yang mempersepsikan pesan non verbal akan lebih
mampu memahami klien, mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan.
Komunikasi non verbal teramati pada :
1.
Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya
tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara Pembicara dengan lawan
bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaan dan
sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh : Tersenyum
kerika sedang marah.
2.
Penampilan
personal
Penampilan seseorang
merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi
terapeutik. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama, 84 %
dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya ( Lalli Ascosi, 1990
dalam Potter dan Perry, 2005 ).
Bentuk fisik, cara
berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status social, pekerjaan, agama, budaya dan konsep
diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra
diri dan professional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi
persepsi klien terhadap pelayanan atau asuhan keperawatan yang diterima, karena
tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat.
Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi
mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk memenuhi citra klien.
3.
Intonasi ( nada
suara )
Nada suara pembicara
mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi
seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus
menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk
menyamankan rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada
suara perawat.
4.
Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian
menunjukan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah :
terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih. Ekspresi wajah sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat klien. Kontak mata
sangat penting dalam komunikasi terapeutik. Orang yang mempertahankan kontak
mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan
memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak
memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, Oleh karena itu ketika
berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak dominan jika kontak mata
dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5.
Sikap Tubuh dan
Langkah
Sikap tubuhdan langkah
menggambarkan sikap, emosi, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat
mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah
klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh factor fisik seperti rasa sakit, obat,
atau fraktur.
6.
Sentuhan
Kasih saying, dukungan
emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan
bagian yang penting dalam hubungan perawat – klien, namun harus memperhatikan
norma social. Ketika memberikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien,
seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu
memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung
kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk
menghindarkan sentuhan. Bradley dan Edinburg ( 1982 ) dan Wilson dan Kneisl (
1992 ) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu
klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti
dan diterima apakah oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan
hati – hati.
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafid.
(2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Ellis,R.,Gates, R,
& Kenworthy,N. (2000). Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan: Teori
dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta,EGC.
Keliat, B.A. (2002),
Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar