PROSES KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Proses
keperwatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang
unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti
pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul
oleh berbagai penyebab. Kejadian masa
lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang
berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan
masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi.
Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi.
Hubungan
saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin menghindar
atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya
pada klien yang tidak menimbulkan keributan dan yang tidak membahayakan. Hal
ini harus dihindari karena
1. Belajar
menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta
2. Dengan
menyertakan klien maka pemulihan kemampuan dalam mengendalikan kehidupanya mungkin
lebih tercapai
3. Dengan
berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap prilakunya
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian
merupakan tahap awal dan dasar pertama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa
faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber
koping dan kemampuan koping yang dimiliki klian (stuart dan sundeen, 1995) cara
ini yang akan dipakai pada uraian berikut. Cara pengkajian lain berfokus pada
lima dimensi yaitu fisik, emosional, intelktual, sosial dan spiritual.
Isi pegkajian meliputi
:
1. Identitas
klien
2. Keluhan
utama atau alasan masuk
3. Faktor
predisposisi
4. Aspek
fisik atau biologis
5. Aspek
psikososial
6. Status
mental
7. Kebutuhan
persiapan ulang
8. Mekanisme
koping
9. Masalah
psikososial dan lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek
medik
Data
yang didapat dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu :
1. Data
obyektif ditemukan secara nyata, data ini didapatkan melalui observasi atau
pemeriksaan langsung oleh perawat
2. Data
subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini didapatkan melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.
Data yang langsung didapat oleh perawat
disebut sebagai data primer, dan data yang diambil dari hasil pengkajian atau
catatan tim kesehatan lain disebut sebagai data sekunder.
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan
atau masalah klien dari kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan
adalah sebagai berikut :
- Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan :
a.
Klien
tidak memerlukan peningkatan kesehatan, klien hanya memerlukan pemeliharaan
kesehatan dan memerlukan follow up secara periodik karena tidak ada masalah
serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah
b.
Klien
memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi sebagai
program antisipasi terhadap masalah
- Ada masalah dengan kemungkinan :
a.
Risiko
terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah
b.
Aktual
terjadi masalah disertai data pendukung
Dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan format
pengkajian,perawat
langsung merumuskan masalah keperawatan kepada setiap kelompok data yang
terkumpul.
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan
dapat digambarkan sebagai pohon masalah (FASID, 1983 dan INJF, 1996). Agar
penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan
tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah, yaitu
- Penyebab (causa)
- Masalah utama (core problem)
- Akibat (effect)
Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari
beberapa masalah yang di miliki oleh klien. Umumnya masalah utama berkaitan
erat dengan alasan masuk atau keluhan utama.
Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien
yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh
salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya.
Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang
merupakan efek/akibat dari masalah utama. Efek ini dapat pula menyebabkan efek
yang lain, demikian pula seterusnya.
Contohnya :
Seorang klien dibawa kerumah sakit jiwa dengan alasan
utama klien marah, memukul dan mengancam lingkungan. Hal ini terjadi setelah klien
dihina dan dipermalukan oleh kakaknya. Dari kasus ini dapat diidentifikasi
beberapa masalah, yaitu : kekerasan, risiko membahayakan orang lain, harga diri
rendah. Kekerasan merupakan masalah utama, harga diri rendah sebagai penyebab
dan risiko membahayakan orang lain sebagai akibat/efek
Pohon masalah ini diharapkan dapat memudahkan perawat
dalam menyusun diagnosa keperawatan. Penulisan pernyataan diagnosa keperawatan
yang umumnya terjadi pada klien dengan masalah kesehatan jiwa dapat dirujuk
dalam daftar diagnosa keperawatan NANDA (Tabel 2-1)
Gambar 2-1. Contoh pohon masalah aspek fisik
|
|
|
|
Akibat
Masalah
utama
Keluhan
utama : diare 10 x / hari
Penyebab
Kemampuan perawat yang diharapkan dalam melakukan
pengkajian adalah mempunyai kesadaran/tilik diri (self awareness), kemampuan
mengobservasi dengan akurat, kemampuan komunikasi terapetik dan senantiasa
mampu berespons secara efektif (stuart dan sundeen, 1995). Perilaku atau
kegiatan yang perlu dilakukan perawat adalah membina hubungan saling percaya
dengan melakukan kontrak, mengkaji data dari klien dan keluarga, memvalidasi
data dengan klien, mengorganisasi atau mengelompokan dan menetapkan kebutuhan
dan/atau masalah klien.
Gambar 2-2. Contoh pohon masalah aspek jiwa
|
Akibat
|
|
penyebab
|
|||
|
|||
B. DIAGNOSA
Pengertian
diagnosa keperawatan dikemukaan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
1.
Diagnosa
keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian
(gabie, dikutip oleh carpenito, 1983).
2.
Diagnosa
keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (gordon, dikutip oleh
carpenito, 1983).
3.
Diagnosa
keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial dari
individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan.
(carpenito, 1995)
4.
Diagnosa
keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik
aktual maupun potensial (stuart dan sundeen, 1995)
Rumusan
diagnosa dapat PE yaitu permasalahan (P) yang berhubungan dengan etiologi (E)
dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah, rumusan PES sama dengan
PE hanya ditambah simptom (S) atau gejala sebagai data penunjang. Dalam
keperawatan jiwa ditemukan diagnosa anak-beranak, dimana jika etiologi sudah
diberikan tindakan dan permasalahan belum selesai maka P dijadikan etiologi
pada diagnosa yang baru, demikian seterusnya. Hal ini dapat dilakukan karena
permasalah tidak selalu disebabkan oleh satu etiologi yang sama sehingga
walaupun etiologi sudah diberi tindakan maka permasalahan belum selesai. Untuk
jalan keluarnya jika permasalahan tersebut menjadi etiologi maka tindakan
diberikan secara tuntas. Jika pernyataan pohon masalah diangkat menjadi
permasalahan (P) dalam diagnosa keperawatan maka seluruh pernyataan dituliskan
sebagai contoh perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Jika
pernyataan tersebut menjadi etiologi (E), maka pernyataanya diambil dari
akarnya.Contohnya adalah : halusinasi dengar.
Perbedaan
antara tipe-tipe diagnosa keperawatan
Pernyataan diagnostik
|
Tujuan keperawatan atau hasil klien yang berhubungan
|
Fokus intervensi
|
Diagnosa aktual
Pernyataan tiga bagian termasuk label diagnosa keperawatan, etiologi dan
tanda-tanda/gejala-gejala
|
Perubahan dalam perilaku pasien beralih kearah resolusi diagnosa atau
perbaikan status
|
Mengurangi atau menghilangkan masalah
|
Diagnosa resiko tinggi
Pernyataan dua bagian termasuk label diagnosa keperawatan dan
faktor-faktor resiko
|
Pemeliharaan kondisi yang ada
|
Mengurangi faktor-faktor resiko untuk mencegah terjadinya masalah aktual
|
Diagnosa mungkin
Pernyataan dua bagian termasuk label diagnosa keperawatan dan etiologi
yang tidak dikuatkan atau batasan karakteristik yang tidak dikuatkan
|
Tidak ditentukan kecuali masalah divalidasi
|
Mengumpulkan data tambahan untuk menguatkan atau menetapkan
tanda-tanda/gejala-gejala atau faktor-faktor resiko
|
Masalah kolaboratif
Komplikasi pfisiologis aktual atau potensial
|
Tujuan keperawatan
|
Menentukan awitan atau status masalah penatalaksanaan perubahan status
|
1.
Suhu
tubuh : resiko tinggi : hipertermi yang berhubungan dengan deficit volume
cairan
2.
Deficit
volume cairan yang berhubungan dengan pola makan inefektif
3.
Resiko
tinggi kekerasan yang berhubungan dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi pendengaran
4.
Perubahan
sensori persepsi : halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan menarik diri
5.
Isolasi
sosial : menarik diri yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah kronis
Kemampuan
perawat yang diperlukan dalam merumuskan diagnosa adalah kemampuan pengambilan
keputusan yang logis, pengetahuan tentang batasan adaftif atau ukuran normal,
kemampuan memberi justifikasi atau pembenaran kepekaan sosial budaya (stuart
dan sundeen, 1995). Kegiatan atau perilaku perawat yang dibutuhkan dalam
merumuskan diagnosa adalah mengidentifikasi pola data, membandingkan data
dengan keadaan adaftif, menganalisa dan mensintesa data, mengidentifikasi
kebutuhan atau masalah klien, memvalidasi dan menyusun masalah dengan klien,
membuat pohon masalah, merumuskan diagnosa keperawatan dan menyusun prioritas
diagnosa keperawatan.
C.
RENCANA
TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencana tindakan
keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana
tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P)
dari diagnose tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan
khusus telah tercapai.
Tujuan khusus berfokus
pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnose tertentu. Tujuan khusus merupakan
rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini
dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien.umumnya kemampuan
pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi 3 aspek (Stuart dan Sudeen, 1995) yaitu
kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnose
keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai
dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan
menyelesaikan masalah. Kata kerja yang digunakan untuk menuliskan tujuan ini
harus berfokus pada perilaku.
Kata kerja untuk tujuan
No.
|
Aspek / domain
|
Kata kerja yang
dipakai
|
1.
|
Kognitif
|
Jelaskan, hubungkan,
uraikan, identifikasikan, bandingkan, diskusikan, membuat daftar, menyebut
|
2.
|
Afektif
|
Menerima, mengakui,
menyadari, menilai, mengungkapkan, mempercayai
|
3.
|
Psikomotor
|
Menempatkan, meniru,
menyiapkan, mengulang, mengubah, mendemonstrasikan, menampilkan, memberi
|
Ketiga aspek tersebut dapat pula
dikaitkan dengan berbagai kemampuan klien. Yang pertama, kemampuan kognitif,
psikomotor, afektif yang terkait langsung dengan kemampuan klien terhadap diri
sendiri. Yang kedua, kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif yang terkait
dengan kemampuan klien menggunakan sumber daya yang tersedia (system pendukung
social yang tersedia). Yang ketiga, kemampuan kognitif. Psikomotor, dan afektif
klien terkait dengan terapi medic atau terapi lain yang diperlukan.
Kemampuan
klien terkait tujuan
Kemampuan klien
|
Tujuan
|
Contoh
|
Kemampuan mengendalikan
diri
|
Pengetahuan
Psikomotor
Afektif
|
Klien dapat
menyebutkan penyebab ia marah
Klien dapat
mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif
Klien dapat
mengungkapkan perasaan setelah terapi aktivitas kelompok : latihan asertif
|
Kemampuan menggunakan
sumber daya
|
Pengetahuan
Psikomotor
Afektif
|
Klien dapat
mengidentifikasi teman terdekat
Klien dapat meniru
cara berbicara yang dicontohkan perawat
Klien dapat
menyampaikan pada perawat bila ia halusinasi
Klien dapat menyadari
kegunaan membuka diri pada orang lain.
|
Kemampuan menggunakan
terapi
|
Pengetahuan
Psikomotor
Afektif
|
Klien dapat
menyebutkan jam makan obat
Klien dapat meminta
obat pada jam yang tepat
Klien dapat
mengungkapkan perasaan setelah moinum obat
|
Untuk menetapkan tujuan umum dan
tujuan khusus, perawat perlu memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
berhubungan kemitraan dengan klien dan keluarganya.
Rencana tindakan
keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan
khusus. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah yang terbaru mengapa tindakan
itu diberikan. Alasan ilmiah dapat merupakan pengetahuan berdasarkan
literature, hasil penelitian atau pengalaman praktik.
Rencana tindakan
disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia atau standar
keperawatan Amerika yang membagi karakteristik tindakan berupa tindakan
konseling/ psikoterapeutik, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi.
Tindakan keperawatan
menggambarkan tindakan perawat yang mandiri, kerjasama dengan klien, kerjasama
dengan keluarga, kerjasama dengan kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan
jiwa lain.
Dokumentasi rencana
tindakan keperawatan dicatat pada formulir dokumen keperawatan yang berlaku di
rumah sakit tersebut atau seperti lampiran D, sedangkan bagi peserta didik
keperawatan sama seperti lampiran B.
D. IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERWATAN
Implementasi tindakan
keperwatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata
sering implementasi jauh berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat
belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan
keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang
dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien
dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal.
Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat
apakah rencan tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan
kondisinya saat ini (here and now). Perawat juga meniali diri sendiri, apakah
mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan
yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien. Setelah semua
dinilai tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan dengan
menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran serta klien yang diharapkan.
Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakn beserta respons klien.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah proses
yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi 2, yaitu evaluasi
proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi
hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respons klien pada tujuan
khusus dan umum yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S
= respons subjektif klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O
= respons objektif klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A = analisa
ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalah baru atau
ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada
P
= perencanaan atau tindak lanjut
berdasarkan hasil analisa pada respons klien
Rencana tindak lanjut dapat berupa :
1. Rencana
teruskan, jika masalah tidak berubah
2. Rencana
dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil
belum memuaskan
3. Rencana
dibatalkan jika ditemuakn masalah baru dan bertolak belakang denagn masalah
yang ada serta diagnose yang lama dibatalkan
4. Rencana
atau diagnose selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru
Klien dan keluarga
perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan dan berupaya
mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sanbgant diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubahan
yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-reinforcement.
terima kasih buat yang punya blog
BalasHapus