Senin, 26 November 2012

PENOLAKAN/ PENERIMAAAN TRANSPLANTASI



A.    Latar Belakang
Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain (Baratawidjaja, 2006). Pencangkokan (Transplantasi) adalah pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang. Transplantasi bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Untuk orang-orang yang organ vitalnya (misalnya jantung, paru-paru, hati, ginjal atau sumsum tulang) sudah tidak bekerja sebagaimana mestinya dan fungsinya tidak dapat kembali normal, maka transplantasi organ bisa merupakan satu-satunya peluang untuk bertahan hidup. Jaringan atau organ yang didonorkan bisa berasal dari orang lain yang masih hidup maupun yang belum lama ini sudah meninggal. Yang lebih disukai adalah jaringan yang berasal dari orang yang masih hidup karena angka keberhasilannya tinggi. Tetapi jantung, hati, paru-paru dan komponen mata (kornea dan lensa) hanya bisa didapatkan dari seseorang yang baru saja meninggal dan biasanya akibat kecelakaan bukan karena sakit.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian Transplantasi?
2.      Jelaskan penolakan Transplantasi?
3.      Jelaskan penerimaan Transplantsi?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Transplantasi.
2.      Untuk mengetahui penolakan Transplantasi.
3.      Untuk mengetahui penerimaan Transplantasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain (Baratawidjaja, 2006).
Pencangkokan (transplantation) adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan hampir tidak ada lagi.
Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital seperti ginjal, jantung, dan mata. namun dalam perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu orang yang sangat memerlukannya.
Transplantasi bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Transfusi darah merupakan jenis transplantasi yang paling sering dilakukan.
Transplantasi organ tubuh biasanya melibatkan:
1.      Pencarian donor yang sesuai
2.      Kemungkinan timbulnya resiko akibat pembedahan
3.      Pemakaian obat-obat immunosupresan yang poten
4.      Kemungkinan terjadinya penolakan oleh tubuh resipien
5.      Kemungkinan terjadinya komplikasi atau kematian.
Untuk orang-orang yang organ vitalnya (misalnya jantung, paru-paru, hati, ginjal atau sumsum tulang) sudah tidak bekerja sebagaimana mestinya dan fungsinya tidak dapat kembali normal, maka transplantasi organ bisa merupakan satu-satunya peluang untuk bertahan hidup.

B.     Penolakan Transplantasi
Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian.  Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan maupun organ yang dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah dan perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.  Proses penolakan, proses dimana tubuh menolak “benda asing” yg masuk kedalam tubuh.
Penolakan dibagi menjadi 2:
1.      Penolakan pertama dan kedua
Sel Th dan Tc resipien mengenal antigen MHC alogenik, sehingga memacu imunitas humoral dan membunuh sel sasaran. Makrofag juga dikerahkan ke tempat tandur atas pengaruh limfokin yang dihasilkan oleh Th.
2.      Penolakan  hiperakut, akut, dan kronik
a.       Penolakan hiperakut: tejadi dalam beberapa menit sampai jam setelah transplantasi. Disebabkan oleh destruksi oleh antibodi yang sudah ada pada resipien akibat transplantasi/transfusi darah atau kehamilan sebelumnya. Antibodi mengaktifkan komplemen yang menimbulkan edem dan perdarahan interstitial dalam jaringan tandur sehingga mengurangi aliran darah ke seluruh jaringan.
b.      Penolakan akut: pada resipien yang sebelumnya tidak disensitasi terhadap tandur. Terjadi sesudah beberapa minggu sampai bulan setelah tandur tidak berfungsi sama sekali dalam waktu 5-21 hari. Umumnya terjadi 5-10 hari setelah pencangkokan, dan dpt menghancurkan cangkokan tsb.apabila tidikenal dan dirawat. Obat penekan sistem imun sangat efektif mencegah tipe penolakan ini. Hal ini berhasil 60-75% pencangkokan ginjal pertama, 50-60% pada pencangkokan hati.
c.       Penolakan kronik: hilangnya fungsi organ yang dicangkokkan secara perlahan beberapa bulan setelah berfungsi normal. Disebabkan oleh sensitivitas yang timbul terhadap antigen tandur karena timbulnya intoleransi terhadap sel T, terkadang juga diakibatkan sesudah pemberian imunosupresan dihentikan. (Baratawidjaja, 2006). Hal ini dapat terjadi pada semua tipe cangkokan. Seperti pencangkokan jantung, paru, ginjal  dll
Mekanisme Penolakan
Sel T berperan utama dalam proses penolakan. Setelah distimulasi, efektor CD4+sel menghasilkan sitokin (antara lain inter-leukin -2 yang menyediakan signal untuk  Sel T sitotoksik dan sel T helper. IL-2 Juga meningkatkan ekspansi klonal sel  T,yang membantu dalam proses penolakan. Sitokin yang lain juga dihasilkan dalam proses  Respons untuk  mendeteksi antigen asing. Pengenalan antigen transplantasi oleh sel T Helper disebut  “allorecognition”.
Golongan darah dan molekul MHC diantara berbagai individu berbeda. Reaksi penolakan dapat dikurangi dengan menggunakan anggota keluarga sebagai donor, tissue typing, dan obat imunosupresi. Reaksi penolakan ditimbulkan oleh sel Th resipien yang mengenal antigen MHC alogenik dan memicu imunitas humoral (antibodi). Sel CTL/Tc juga mengenal antigen MHC alogenik dan membunuh sel sasaran. Kemungkinan lain juga bahwa makrofag dikerahkan ke tempat tandur atas pengaruh limfokin dari sel Th sehingga menimbulkan kerusakan. Reaksi tersebut sesuai dengan reaksi tipe IV dari Gell dan Coombs/DTH.Urutan kejadian yang dapat terjadi selama penolakan tandur adalah:
1.       Dilakukan transplantasi
2.       Sel dendritik atau makrofag yang ada di dalam tandur (passenger leucocytes) meninggalkan tandur dan merangsang sel t resipien dengan segera
3.       Sel t resipien diaktifkan dan membunuh sel donor dalam tandur; dan 4) sel donor yang dibunuh melepas antigen donor, yang dapat dimakan fagosit resipien yang kemudian mempresentasikannya ke sel t resipien melalui molekul mhc ii (baratawidjaja, 2006).
Cara menanggulangi kegagalan transplantasi organ
Cara menanggulangi kegagalan transplantasi organ dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1.       Mencari donor yang memiliki golongan darah yangg sesuai dengan resipien.
2.       Setelah pembedahan, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.
Penolakan umumnya terjadi pada setiap proses transplantasi organ. Penolakan biasanya bisa diatasi dengan menambah dosis atau jumlah obat immunosupresan. Jika penolakan tidak dapat diatasi, berarti pencangkokkan telah gagal.
Jika pencangkokkan gagal, maka harus segera kembali dilakukan dialisa.
Upaya pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih dari pencangkokkan yang pertama.
C.    Penerimaan Transplantasi
Faktor yang berperan pada keberhasilan transplantasi , yaitu faktor yang berkaitan dengan donor dan resipien, faktor imunologi, faktor penanganan pra dan peri-operatif, serta faktor pasca-operatif.
1.       Faktor terkait donor. Transplantasi organ dapat memanfaatkan orgtan donor hidup yang sehat atau organ donor jenazah. Pemeriksaan persiapan calon donor hidup dilakukan secara bertahap (tabel dilampirkan). Dengan prosedur penjaringan dan evaluasi, dipastikan bahwa donor ikhlas, dalam keadaan sehat dan mampu menjalani operasi nefrektomi, serta mampu hidup normal dengan satu ginjal setelah melakukan donasi, dan donor tidak boleh mengidap penyakit ginjal.
2.       Faktor terkait resipien. Harus dipastikan terlebih dahulu apakah pasien memang sudah mengalami gagal ginjal tahap akhir. Risiko dan tingkat keberhasilan transplantasi juga dipengaruhi berbagai faktor tertentu, seperti usia dan kondisi umum resipien.
3.       Faktor imunologi. Pada transplantasi ginjal, sistem histokompatibilitas yang berperan adalah kesesuaian sistem golongan darah ABO dan HLA (human leucocyte antigen). Golongan darah ABO donor dan resipien harus sama agar tidak terjadi rejeksi vaskuler. Sedangkan ginjal transplan direjeksi terutama karena adanya protein pada membran sel yang dikode oleh MHC (Major Histocompatibility Complex). MHC menempati lengan pendek kromosom 6. Dengan obat imunosupresan, dilaporkan ketahanan hidup 1 tahun dari saudara dengan HLA identik 90-95%, saudara dengan haplo-identik 70-80%, dan saudara dengan haplo-negatif 60-70% (Susalit, 2007).



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pencangkokan (transplantation) adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan hampir tidak ada lagi. Penolakan biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian.  Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. Faktor yang berperan pada keberhasilan transplantasi , yaitu faktor yang berkaitan dengan donor dan resipien, faktor imunologi, faktor penanganan pra dan peri-operatif, serta faktor pasca-operatif.








DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar