A.
Latar
Belakang
Transplantasi adalah memindahkan
alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain (Baratawidjaja, 2006). Pencangkokan
(Transplantasi) adalah pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari
seseorang (donor) kepada orang lain (resipien atau dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan
tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang. Transplantasi bisa memberikan
keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang menderita penyakit yang
tidak dapat disembuhkan. Untuk orang-orang yang organ vitalnya (misalnya
jantung, paru-paru, hati, ginjal atau sumsum tulang) sudah tidak bekerja
sebagaimana mestinya dan fungsinya tidak dapat kembali normal, maka
transplantasi organ bisa merupakan satu-satunya peluang untuk bertahan hidup.
Jaringan atau organ yang didonorkan bisa berasal dari orang lain yang masih
hidup maupun yang belum lama ini sudah meninggal. Yang lebih disukai adalah
jaringan yang berasal dari orang yang masih hidup karena angka keberhasilannya
tinggi. Tetapi jantung, hati, paru-paru dan komponen mata (kornea dan lensa)
hanya bisa didapatkan dari seseorang yang baru saja meninggal dan biasanya
akibat kecelakaan bukan karena sakit.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian Transplantasi?
2. Jelaskan
penolakan Transplantasi?
3. Jelaskan
penerimaan Transplantsi?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian Transplantasi.
2. Untuk
mengetahui penolakan Transplantasi.
3. Untuk
mengetahui penerimaan Transplantasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Transplantasi adalah memindahkan
alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain (Baratawidjaja, 2006).
Pencangkokan (transplantation)
adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki daya hidup dan sehat
untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan baik
apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup penderitan
hampir tidak ada lagi.
Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa adalah organ vital
seperti ginjal, jantung, dan mata. namun dalam perkembangannya organ-organ
tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan untuk membantu orang yang sangat
memerlukannya.
Transplantasi
bisa memberikan keuntungan yang sangat besar bagi orang-orang yang menderita
penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Transfusi darah merupakan jenis
transplantasi yang paling sering dilakukan.
Transplantasi organ tubuh biasanya
melibatkan:
1. Pencarian donor
yang sesuai
2. Kemungkinan timbulnya
resiko akibat pembedahan
3. Pemakaian obat-obat
immunosupresan yang poten
4. Kemungkinan terjadinya
penolakan oleh tubuh resipien
5. Kemungkinan terjadinya
komplikasi atau kematian.
Untuk orang-orang yang organ vitalnya (misalnya
jantung, paru-paru, hati, ginjal atau sumsum tulang) sudah tidak bekerja
sebagaimana mestinya dan fungsinya tidak dapat kembali normal, maka
transplantasi organ bisa merupakan satu-satunya peluang untuk bertahan hidup.
B.
Penolakan Transplantasi
Penolakan
biasanya terjadi segera setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru
tampak beberapa minggu bahkan beberapa bulan kemudian. Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah
ditekan atau mungkin juga sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan
pengobatan. Penolakan tidak hanya dapat merusak jaringan maupun organ yang
dicangkokkan tetapi juga bisa menyebabkan demam, menggigil, mual, lelah dan
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba. Proses penolakan, proses dimana
tubuh menolak “benda asing” yg masuk kedalam tubuh.
Penolakan dibagi menjadi 2:
1. Penolakan pertama dan kedua
Sel Th dan Tc resipien mengenal
antigen MHC alogenik, sehingga memacu imunitas humoral dan membunuh sel
sasaran. Makrofag juga dikerahkan ke tempat tandur atas pengaruh limfokin yang
dihasilkan oleh Th.
2. Penolakan hiperakut, akut, dan
kronik
a. Penolakan hiperakut: tejadi dalam
beberapa menit sampai jam setelah transplantasi. Disebabkan oleh destruksi oleh
antibodi yang sudah ada pada resipien akibat transplantasi/transfusi darah atau
kehamilan sebelumnya. Antibodi mengaktifkan komplemen yang menimbulkan edem dan
perdarahan interstitial dalam jaringan tandur sehingga mengurangi aliran darah
ke seluruh jaringan.
b. Penolakan akut: pada resipien yang
sebelumnya tidak disensitasi terhadap tandur. Terjadi sesudah beberapa minggu
sampai bulan setelah tandur tidak berfungsi sama sekali dalam waktu 5-21 hari. Umumnya terjadi 5-10 hari setelah
pencangkokan, dan dpt menghancurkan cangkokan tsb.apabila tidikenal dan
dirawat. Obat penekan sistem imun sangat efektif mencegah tipe penolakan ini.
Hal ini berhasil 60-75% pencangkokan ginjal pertama, 50-60% pada pencangkokan
hati.
c. Penolakan kronik: hilangnya fungsi
organ yang dicangkokkan secara perlahan beberapa bulan setelah berfungsi
normal. Disebabkan oleh sensitivitas yang timbul terhadap antigen tandur karena
timbulnya intoleransi terhadap sel T, terkadang juga diakibatkan sesudah
pemberian imunosupresan dihentikan. (Baratawidjaja, 2006). Hal ini dapat terjadi pada semua tipe
cangkokan. Seperti pencangkokan jantung, paru, ginjal dll
Mekanisme Penolakan
Sel T berperan utama dalam proses penolakan. Setelah
distimulasi, efektor CD4+sel menghasilkan sitokin (antara lain inter-leukin -2
yang menyediakan signal untuk Sel T
sitotoksik dan sel T helper. IL-2 Juga meningkatkan ekspansi klonal sel T,yang membantu dalam proses penolakan. Sitokin
yang lain juga dihasilkan dalam proses
Respons untuk mendeteksi antigen
asing. Pengenalan antigen transplantasi oleh sel T Helper disebut “allorecognition”.
Golongan
darah dan molekul MHC diantara berbagai individu berbeda. Reaksi penolakan
dapat dikurangi dengan menggunakan anggota keluarga sebagai donor, tissue
typing, dan obat imunosupresi. Reaksi penolakan ditimbulkan oleh sel Th
resipien yang mengenal antigen MHC alogenik dan memicu imunitas humoral
(antibodi). Sel CTL/Tc juga mengenal antigen MHC alogenik dan membunuh sel
sasaran. Kemungkinan lain juga bahwa makrofag dikerahkan ke tempat tandur atas
pengaruh limfokin dari sel Th sehingga menimbulkan kerusakan. Reaksi tersebut
sesuai dengan reaksi tipe IV dari Gell dan Coombs/DTH.Urutan kejadian yang
dapat terjadi selama penolakan tandur adalah:
1.
Dilakukan transplantasi
2.
Sel dendritik atau makrofag yang ada di
dalam tandur (passenger leucocytes) meninggalkan tandur dan merangsang
sel t resipien dengan segera
3.
Sel t resipien diaktifkan dan membunuh
sel donor dalam tandur; dan 4) sel donor yang dibunuh melepas antigen donor,
yang dapat dimakan fagosit resipien yang kemudian mempresentasikannya ke sel t
resipien melalui molekul mhc ii (baratawidjaja, 2006).
Cara
menanggulangi kegagalan transplantasi organ
Cara
menanggulangi kegagalan transplantasi organ dapat dilakukan dengan beberapa
cara:
1.
Mencari donor yang memiliki golongan
darah yangg sesuai dengan resipien.
2.
Setelah pembedahan, pasien perlu
mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani
transplantasi. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun
tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap
ginjal cangkokan.
Penolakan umumnya
terjadi pada setiap proses transplantasi organ. Penolakan biasanya bisa diatasi
dengan menambah dosis atau jumlah obat immunosupresan. Jika penolakan tidak
dapat diatasi, berarti pencangkokkan telah gagal.
Jika pencangkokkan
gagal, maka harus segera kembali dilakukan dialisa.
Upaya pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih dari pencangkokkan yang pertama.
Upaya pencangkokkan berikutnya bisa dilakukan setelah penderita benar-benar pulih dari pencangkokkan yang pertama.
C.
Penerimaan
Transplantasi
Faktor yang berperan
pada keberhasilan transplantasi , yaitu faktor yang berkaitan dengan donor dan
resipien, faktor imunologi, faktor penanganan pra dan peri-operatif, serta
faktor pasca-operatif.
1.
Faktor terkait donor.
Transplantasi organ dapat memanfaatkan orgtan donor hidup yang sehat atau organ
donor jenazah. Pemeriksaan persiapan calon donor hidup dilakukan secara
bertahap (tabel dilampirkan). Dengan prosedur penjaringan dan evaluasi,
dipastikan bahwa donor ikhlas, dalam keadaan sehat dan mampu menjalani operasi
nefrektomi, serta mampu hidup normal dengan satu ginjal setelah melakukan
donasi, dan donor tidak boleh mengidap penyakit ginjal.
2.
Faktor terkait resipien.
Harus dipastikan terlebih dahulu apakah pasien memang sudah mengalami gagal
ginjal tahap akhir. Risiko dan tingkat keberhasilan transplantasi juga
dipengaruhi berbagai faktor tertentu, seperti usia dan kondisi umum resipien.
3.
Faktor imunologi.
Pada transplantasi ginjal, sistem histokompatibilitas yang berperan adalah
kesesuaian sistem golongan darah ABO dan HLA (human leucocyte antigen).
Golongan darah ABO donor dan resipien harus sama agar tidak terjadi rejeksi
vaskuler. Sedangkan ginjal transplan direjeksi terutama karena adanya protein
pada membran sel yang dikode oleh MHC (Major Histocompatibility Complex).
MHC menempati lengan pendek kromosom 6. Dengan obat imunosupresan, dilaporkan
ketahanan hidup 1 tahun dari saudara dengan HLA identik 90-95%, saudara dengan
haplo-identik 70-80%, dan saudara dengan haplo-negatif 60-70% (Susalit, 2007).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pencangkokan
(transplantation) adalah pemindahan organ tubuh manusia yang masih memiliki
daya hidup dan sehat untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak
berfungsi dengan baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan
harapan hidup penderitan hampir tidak ada lagi. Penolakan biasanya terjadi segera
setelah organ dicangkokkan, tetapi mungkin juga baru tampak beberapa minggu
bahkan beberapa bulan kemudian.
Penolakan bisa bersifat ringan dan mudah ditekan atau mungkin juga
sifatnya berat dan progresif meskipun telah dilakukan pengobatan. Faktor
yang berperan pada keberhasilan transplantasi , yaitu faktor yang berkaitan
dengan donor dan resipien, faktor imunologi, faktor penanganan pra dan
peri-operatif, serta faktor pasca-operatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar