1.
PENGERTIAN
Imunomodulator
adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya
terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan.Obat golongan
imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui:Imunorestorasi,
Imunostimulasi, Imunosupresi. Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut
imunopotensiasi atau up regulation, sedangkan imunosupresi disebut down
regulation.
Imunostimulasi
yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun
dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut.
Imunostimulan
ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-kondisi imunosupresi.
Kelompok obat ini dapat memperngaruhi respon imun seluler maupun humoral.
Kelemahan obat ini adalah efeknya menyeluruh dan tidak bersifat spesifik untuk
jenis sel atau antibodi tertentu. Selain itu efek umumnya lemah. Indikasi
imunostimulan antara lain AIDS, infeksi kronik, dan keganasan terutama yang
melibatkan sistem lifatik. (Widianto B Matildha. 1987)
Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan
mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan terjadi induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan
seluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini disebut
paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut paraimunitas.
Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, akan
tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi
sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit,
limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja menstimulasi
mekanisme pertahanan seluler. Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak
langsung (misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi
interferon atau enzim lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan
makro. Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling
berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan mungkin
terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek.
Biological Response Modifier (BRM) adalah bahan-bahan
yang dapat merubah respons imun, biasanya meningkatkan. Bahan yang disebut imunostimulator itu dapat dibagi sebagai berikut:
a.
Biologik
1) Hormon
timus
Sel epitel timus
memproduksi beberapa jenis homon yang berfungsi dalam pematangan sel T dan modulasi
fungsi sel T yang sudah matang. Ada 4 jenis hormon timus, yaitu timosin alfa,
timolin, timopoietin dan faktor humoral timus. Semuanya berfungsi untuk memperbaiki
gangguan fungsi imun (imunostimulasi non-spesifik) pada usia lanjut, kanker,
autoimunitas dan pada defek sistem imun(imunostimulasi non-spesifik) pada usia
lanjut, kanker, autoimunitas dan pada defek sistem imun (imunosupresi) akibat
pengobatan. Pemberian bahan-bahan tersebut jelas menunjukkan peningkatan
jumlah, fungsi dan reseptor sel T dan beberapa aspek imunitas seluler. Efek
sampingnya berupa reaksi alergi lokal atau sistemik.
2) Limfokin
Disebut juga
interleukin atau sitokin yang diproduksi oleh limfosit yang diaktifkan.
Contohnya ialah Macrophage Activating Factor (MAF), Macrophage Growth Factor (MGF),
T-cell Growth Factor atau Interleukin-2 (IL-2), Colony Stimulating Factor (CSF)
dan interferon gama (IFN-.). Gangguan sintetis IL-2 ditemukan pada kanker,
penderita AIDS, usia lanjut dan autoimunitas.
3) Interferon
Ada tiga jenis interferon
yaitu alfa, beta dan gama. INF-a dibentuk oleh leukosit, INF-ß dibentuk oleh sel
fibroblas yang bukan limfosit dan IFN-. dibentuk oleh sel T yang diaktifkan.
Semua interferon dapat menghambat replikasi virus DNA dan RNA, sel normal dan
sel ganas serta memodulasi sistem imun. Interferon dalam dosis tinggi menghambat
penggandaan sel B dan sel T sehingga menurunkan respons imun selular dan
humoral, dan dalam dosis rendah mengatur produksi antibodi serta merangsang
sistem imun yaitu meningkatkan aktivitas membunuh sel NK, makrofag dan sel T.
Dalam klinik, IFN digunakan pada berbagai kanker seperti melanoma, karsinoma
sel ginjal, leukimia mielositik kronik, hairy cell leukimia, dan kapossi’s
sarkoma.Efek sampingnya adalah demam, malaise, mialgia, mual, muntah, mencret,
leukopenia, trombositopenia, dan aritmia.
4) Antibodi
monoclonal
Diperoleh dari fusi dua
sel yaitu sel yang dapat membentuk antibodi dan sel yang dapat hidup terus menerus
dalam biakan sehingga antibodi tersebut dapat dihasilkan dalam jumlah yang
besar. Antibodi tersebut dapat mengikat komplemen, membunuh sel tumor manusia
dan tikus in vivo.
5) Transfer
factor / ekstrak leukosit
Ekstrak leukosit
seperti Dialysed Leucocyte Extract dan Transfer Factor (TF) telah digunakan
dalam imunoterapi. Imunostimulasi yang diperlihatkan oleh TF yang spesifik asal
leukosit terlihat pada penyakit seperti candidiasis mukokutan kronik, koksidiomikosis,
lepra lepromatosa, tuberkulosis, dan vaksinia gangrenosa.
6) Nukleotida
Nukleotida terdapat pada air susu ibu.
Akhir-akhir ini banyak susu formula yang diberi suplementasi nukleotida. Pada
penelitian uji banding kasus yang dilakukan pada bayi, satu kelompok diberikan
susu ibu atau susu formula yang disuplementasi nukleotida, dibandingkan dengan
kelompok yang diberikan susu formula tanpa nukleotida, ternyata terdapat
peningkatan aktifitas sel NK pada bayi-bayi yang diberi susu ibu dan formula
dengan nukleotida dibandingkan bayi-bayi yang diberi susu formula tanpa
nukleotida. Peneliti yang sama mendapatkan peningkatan produksi IL-2 oleh sel
monosit pada kelompok yang diberi susu formula dengan nukleotida. Nukleotida
juga mengaktifkan sel T dan sel B.
7) Lymphokin-Activated
Killer (LAK) cells
Adalah sel T sitotoksik
singeneik yang ditimbulkan in vitro dengan menambahkan sitokin seperti IL-2 ke sel-sel
seseorang yag kemudian diinfuskan kembali. Prosedur ini merupakan imunoterapi
terhadap keganasan.
8) Bahan
asal bakteri
·
BCG (Bacillus Calmette Guerin),
memperbaiki produksi limfokin dan mengaktifkan sel NK dan telah dicoba pada
penanggulangan keganasan (imuno-stimulan non-spesifik).
·
Corynebacterium parvum (C. parvum),
digunakan sebagai imunostimulasi non-spesifik pada keganasan.
·
Klebsiella dan Brucella, diduga memiliki
efek yang sama dengan BCG.
·
Bordetella pertusis, memproduksi Lymphocytosis
Promoting Factor (LPF) yang merupakan mitogen untuk sel T dan imunostimulan.
·
Endotoksin, dapat merangsang proliferasi
sel B dan sel T serta mengaktifkan makrofag.
9) Bahan
asal jamur
Berbagai bahan telah
dihasilkan dari jamur seperti lentinan, krestin dan schizophyllan. Bahan-bahan tersebut
merupakan polisakarida dalam bentuk beta-glukan yang dapat meningkatkan fungsi makrofag
dan telah banyak digunakan dalam pengobatan kanker sebagai imunostimulan non-spesifik.5
Penelitian terbaru menemukan jamur Maitake (Grifola frondosa) yang mengandung
beta-glukan yang lebih poten sebagai imunostimulan pada pasien dengan HIV-AIDS,
keganasan, hipertensi dan kerusakan hati (liver ailments).
b.
Sintetik
1) Levamisol
Merupakan derivat
tetramizol, Dalam
klinik lazim dipakai sebagai obat cacing, dan sebagai imunostimulan levamisol
berkhasiat untuk meningkatkan penggandaan sel T, menghambat sitotoksisitas sel
T, mengembalikan anergi pada beberapa kanker (bersifat stimulasi nonspesifik),
meningkatkan efek antigen, mitogen, limfokin dan faktor kemotaktik terhadap
limfosit, granulosit dan makrofag. Selain untuk penyakit hodgkin, penggunaan
klinisnya untuk mengobati artritis reumatoid, penyakit virus, lupus
eritematosus sistemik, sindrom nefrotik. Diberikan dengan dosis 2,5 mg/kgBB per
oral selama 2 minggu, kemudian dosis pemeliharaan beberapa hari per minggu.
Efek samping yang harus diperhatikan adalah mual, muntah, urtikaria, dan
agranulositosis. Obat i9ni diabsorpsi dnegan cepat dengan kadar puncak 1-2 jam.
Obat ini didistribusikan luas ke berbagai jaringan dan dimetabolisme di hati.
Tersedia dalam bentuk tablet 25,40,50 mg.
2) Isoprinosin
Disebut juga isosiplex
(ISO), adalah bahan sintetis yang mempunyai sifat antivirus dan meningkatkan
proliferasi dan toksisitas sel T. Sebagai imunostimulator isoprinosin berkhasiat
meningkatkan penggandaan sel T, meningkatkan toksisitas sel T, membantu
produksi IL-2(LIMFOKIN) yang berperan dalam diferensiasi limfosit dan makrofag,
serta meningkatkan fungsi sel NK. Diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB. Perlu
pemantauan kadar asam urat darah karena pemberian isoprinosin dapat
meningkatkan kadar asam urat. Berbagai derivat sintetiknya sedang dalam
penyelidikan untuk AIDS dan berbagai neoplasma. Obat ini dilaporkan mengurangi
risiko infeksi terhadap HIV pada tahap lanjut.
3) Muramil
Dipeptida (MDP)
Merupakan komponen aktif
terkecil dari dinding sel mycobacterium. Sebagai imunostimulan berkhasiat meningkatkan
sekresi enzim dan monokin, serta bersama minyak dan antigen dapat meningkatkan
respons selular maupun humoral. Dalam klinik telah banyak digunakan untuk
pencegahan tumor dan infeksi sebagai ajuvan vaksin.
4)
Vaksin BCG
BCG dan komponen aktifnya merupakan produk
bakteri yang emmeiliki efek imunostimulan. Penggunaan BCG dalam
imunopotensiasi bermula dari pengamatan bahwa penderita tuberkulosis kelihatan
lebih kebal terhadap infeksi oleh jasad renik lain. Dalam imunomodulasi BCG
digunakan untuk mengaktifkan sel T, memperbaiki produksi limfokin, dan
mengaktifkan sel NK. Walaupun sudah dicoba untuk berbagai neoplasma, efek yang
cukup nyata terlihat pada kanker kandung kemih dengan pemberian intravesika. Efek
samping meliputi reaksi hipersensitivitas, syok, menggigil, lesu, dan penyakit
kompleks imun.
5) Bahan-bahan
lain
Berbagai bahan yang
telah digunakan secara eksperimental di klinik adalah:
·
Azimexon dan ciamexon: diberikan secara
oral dan dapat meningkatkan respons imun seluler.
·
Bestatin: diberikan secara oral dan
dapat meningkatkan respons imun seluler dan humoral.
·
Tuftsin: diberikan secara parenteral dan
dapat meningkatkan fungsi makrofag, sel NK dan granulosit.
·
Maleic anhydride, divynil ether copolymer:
diberikan secara parenteral dan dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK.
·
phenil-pyrimidol: diberikan secara oral
dan dapat meningkatkan fungsi makrofag dan sel NK
Dalam
praktik seharí-hari, pemilihan imunostimulan untuk mencapai hasil yang
diinginkan hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Dapat memodifikasi mekanisme imun pejamu yang berbeda
dengan antibiotika atau kemoterapi lain yang hanya berefek pada mikroorganisme
penyebab penyakit.
2.
Mempunyai efek farmakologi dan klinik yang diharapkan
dengan efek samping yang minimal.
3.
Bebas dari efek yang berbahaya seperti timbulnya
autoimun serta limfoma seperti yang pernah dilaporkan akibat beberapa zat
kemoterapi serta C parvum.
4.
Bebas dari efek sensitisasi disebabkan zat yang
digunakan bersifat alergenik seperti BCG, C parvum atau levamisol yang mungkin
dapat memberikan reaksi yang tidak diinginkan atau menginduksi terjadinya
penyakit kompleks imun.
5.
Bebas dari efek inhibisi sistem imun pada pemberian
jangka lama atau berulang.
6.
Harus ada data yang lengkap mengenai imunofarmakologi
zat tersebut, sehingga dapat digunakan dengan indikasi tepat sesuai dengan
keadaan klinis dan kondisi pasien.
Untuk
meneliti efektivitas imunostimulan ini, sebaiknya zat yang digunakan tidak mengandung
endotoksin karena endotoksin sendiri bersifat sebagai imunostimulan.
2. MEKANISME
Imunostimulator
secara tidak langsung berkhasiat mereaktivasi system imun yang rendah dengan
meningkatkan respon imun tak spesifik antara lain perbanyakan limfo T4, NK-cell
dan magrofag distimulasi olehnya, juga pelepasan interferon dan interleukin.
Sebagai efek akhir dari reaksi kompleks itu, zat asing dapat dikenali dan
dimusnahkan. Pada sel –sel tumor ekspresi antigen transplantasi diperkuat
olehnya sehingga lebih dikenali oleh TNF dan sel – sel sytotoksis. Zat
imunostimulator yang kini digunakan adalah vaksin BCG, limfokin (interveron ,
interleukin) dan levamisol.
3. TUMBUHAN YANG MENGANDUNG IMUNOSTIMULAN
a. Jinten Hitam
(Nigella Sativa)
Jinten hitam merupakan tanaman yang
berpotensi sebagai imunostimulan karena mampu meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dalam menghadapi patogen. Jinten hitam mengandung beberapa bahan aktif
diantaranya, Thymowuinone (TQ), Dithymoquinone (DTQ), Thymohidriquinone (THQ), dan
Thmol (THY).
Tumar (2006) melaporkan bahwa
ekstrak jinten hitam (Nigella sativa) dapat menghambat atau bahkan dapat
membunuh bakteri Aeromonas hydrophila. Dan dapat merangsang dan memperkuat
sistem kekebalan tubuh manusia melalui peningkatan jumlah, mutu, dan aktivitas
sel-sel kekebalan tubuh manusia.
El-Kadi dan Kandil (1986) melaporkan
bahwa ekstrak jinten hitam berpengaruh menguatkan fungsi kekebalan, dimana
kadar sel-sel T pembantu meningkat dibandingkan sel-sel T penekan dengan
perbandingan rata-rata 72% serta terjadi peningkatan aktivitas sel-sel pembunuh
alami rata-rata 75%. Aktivitas immunostimulator ekstrak jinten hitam meliputi
peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit) terutama neutrofil, limfosit dan
monosit serta ketahanan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophilia.
b.
Jamur Maitake
jamur ini sudah digunakan sejak ratusan tahun lalu
sebagai makanan kelas satu dan diyakini memiliki khasiat dalam meningkatkan
daya tahan tubuh. Telah berhasil dibuktikan bahwa ekstrak Maitake dapat
merangsang sistem imun tubuh dan mengaktifkan sel serta protein tertentu yang
menyerang kanker, termasuk makrofag, sel Natural Killer (NK), interleukin-1
(IL-1) dan interleukin-2 (IL-2).Maitake dapat berfungsi sebagai antitumor,
ajuvan, aktivasi komplemen dan peningkatan permeabilitas vaskular dan lain-lain.
Ekstrak beta-glukan dari Maitake berupa fraksi D dan
MD dinyatakan memperlihatkan efek sebagai imunostimulator lewat aktivasi sistem
imun non spesifik dengan cara menginduksi apoptosis, bersifat sitotoksik dan
kemosensitisator, yang berpotensi besar dalam pencegahan dan terapi keganasan
Aktivasi respons imun non spesifik melalui aktivasi
makrofag yang menghasilkan sitokin dan TNF. TNF merupakan sitokin kunci dalam
jaringan sitokin dalam proses apoptosis langsung pada berbagai tumor. Aktivasi
respons imun seluler Fraksi D menurunkan aktivasi sel B dan mengaktivasi sel T
helper, sehingga terjadi peningkatan respons imun seluler. Selain itu, fraksi D
juga menginduksi produksi interferon (IFN)-., interleukin (IL)-12 p70 dan IL-18
oleh sel ginjal dan sel kelenjar getah bening, tetapi menekan IL-4. Maitake membuat
dominasi Th-1 pada pasien kanker dengan dominasi Th-2 pada sistem imunnya
Indikasi dan efektivitas penggunaan Maitake
a.
Obat antikanker
ü Melindungi
sel sehat menjadi sel kanker
ü Mencegah
mestatasis
ü Memperlambat
dan menghambat pertumbuhan tumor
ü Sebagai
kombinasi dengan kemoterapi untuk mengurangi efek samping seperti rambut
rontok,
b. Imunostimulator
pada pasien dengan HIV-AIDS
c. Kegunaan
lain
ü Menurunkan
dosis antibakteri
ü Antidiabetik
ü Penurun
tekanan darah
ü Penyakit
hati
c. Echinacea
Echinacea
merupakan sekelompok bunga liar yang berasal dari Amerika Utara
Mekanisme
Echinacea sebagai imunostimulator
Echinacea mempengaruhi sistim imun terutama sistim
imun non spesifik. Pemberian Echinacea meningkatkan respon imun fase awal dan
mempercepat terjadinya respon imun adaptif.
Bahan aktif yang sebenarnya memiliki efek
imunomodulasi pada echinacea belum diketahui karena komponen kimia yang
terkandung dalam echinacea begitu banyak dengan komposisi yang berbeda-beda
ditiap bagian tanaman dan tiap spesies. Diperkirakan asam kafeat, alkylamides,
polisakarida dan glikoprotein berperan sebagai bahan aktif yang dapat
mempengaruhi sistim imun nonspesifik dengan cara meningkatkan produksi IL-1,
IL-6, IL-10 dan TNFa sehingga terjadi aktivasi sistim imun.
Burger A. Roger dkk. melakukan percobaan secara in
vitro menggunakan fresh pressed juice dan dried juice Echinacea dengan
konsentrasi 10µg/ml-0,012 µg/ml yang dicampur dengan makrofag darah tepi
manusia yang telah diisolasi dan dibandingkan kontrol (endotoksin yang distimulasi
dan tidak distimulasi). Dilakukan penghitungan produksi sitokin rata-rata. Dari
\hasilnya didapatkan bahwa kultur makrofag yang telah dicampur dengan Echinacea
bermakna meningkatkan produksi IL-1, IL-6, IL-10 dan TNF-a (P<0,05), pada
semua konsentrasi yang digunakan. Bagaimana mekanisme aktivasi sistim imun
melalui jalur sitokin ini oleh Echinacea belum diketahui. Disamping itu
Echinacea juga diketahui dapat mengaktivasi Natural Killer (NK) sel dan
antibody-dependendent cellular cytotoxicity oleh sel mononuklear.
Indikasi:
1. Antijamur
2. Bronchitis
3. Antikanker
4. Pencegahan
Infeksi Saluran Nafas Atas
Kontraindikasi
Echinacea dikontraindikasikan pada pasien dengan
penyakit kronik progresif yang diperantarai sistim imun seperti tuberkulosis,
reumatoid artritis, penyakit kolagen vaskuler dan multipel sklerosis. Secara
teori hal ini disebabkan karena kemampuan stimulasi sistim imun dari Echinacea
dapat mengeksaserbasi komponen inflamasi yang diperantarai sistim imun pada
penyakit ini.Masih terdapat perbedaan pendapat tentang kontraindikasi pada
pasien dengan AIDS. Beberapa peneliti mengemukakan HIV memicu respon imun yang
menyebabkan munculnya gejala AIDS karena permukaan sel dari HIV menyamai
reseptor CD4 yang ditemukan di sel normal, alasan lain kemungkinan karena polimer
arabinogalaktan Echinacea dapat menginduksi tumor necrosis factor oleh
makrofag.
d. Phyllanthus
Niruri
Phyllanthus, di Indonesia dikenal sebagai “meniran”,
adalah tumbuhan liar dengan tinggi 30-40 cm yang tumbuh di daerah tropis
Mekanisme
Phyllanthus sebagai imunostimulator
Sebuah penelitian eksperimental laboratorik pada
mencit oleh Maat 46 (1996) menunjukan bahwa Phyllanthus mempunyai efek terhadap
respon imun nonspesifik maupun spesifik. Efeknya terhadap respon imun
nonspesifik yaitu meningkatkan fagositosis dan kemotaksis makrofag, kemotaksis
neutrofil, sitotoksisitas sel NK dan aktifitas hemolisis komplemen, sedangkan
terhadap respon imun spesifik, pemberian ekstrak Phyllanthus niruri
meningkatkan proliferasi sel limfosit T, meningkatkan sekresi TNFa dan IL-4
serta menurunkan aktifitas sekresi IL-2 dan IL-10. Dari uji klinis ekstrak P.
niruri pada manusia dinyatakan bahwa ekstrak Phyllanthus meningkatkan kadar
IFNg, kadar CD4 dan rasio CD4/CD8.
Indikasi
dan Efektivitas Ekstrak Phyllanthus niruri
1. Anti
virus hepatitis
2. ISPA
pada anak
3. Antituberkulosis
Salah satu merk produk komersial yang membantu perbaikan sistem imun adalah Stimuno untuk balita/anak dan forte untuk dewasa. Sebagai imunomudulator, stimuno memiliki Kontraindikasi, yakni stimuno jangan (tidak boleh) diminum oleh wanita hamil, ibu menyusui, pasien dengan hipersensitivitas terhadap tanaman meniran (Phyllanthus niruri) dan pasien yang menderita penyakit autoimun.
BalasHapus